Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Emas Makin Moncer di Kuartal Kedua

Proyeksi permintaan emas tahun ini diprediksi semakin mengilap menyusul pandangan pertumbuhan ekonomi global yang semakin suram dan keputusan The Fed yang tidak akan menaikkan suku bunga hingga akhir 2019.
Harga emas/Reuters
Harga emas/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA — Proyeksi permintaan emas tahun ini diprediksi semakin mengilap menyusul pandangan pertumbuhan ekonomi global yang semakin suram dan keputusan The Fed yang tidak akan menaikkan suku bunga hingga akhir 2019.

Tim riset Bank UOB yang dipimpin oleh Suan Teck Kin mengatakan bahwa sepanjang tahun lalu pihaknya berpandangan negatif pada emas karena tingkat suku bunga The Fed yang terus menanjak.

Hingga pada kuartal terakhir 2018, Bank UOB berbalik netral terhadap emas dengan harapan, laju kenaikan suku bunga The Fed pada 2019 akan melambat.

"Mengingat saat ini adalah akhir dari siklus pengetatan suku bunga The Fed, sekarang kami meningkatkan proyeksi harga emas ke arah yang lebih positif," tulisnya seperti dikutip dari riset yang bertajuk Laporan Outlook Kuartal II/2019 UOB, Selasa (26/3/2019).

Jaminan yang berulang kali disampaikan oleh Ketua The Fed Jerome Powell bahwa pihaknya akan lebih sabar dalam menaikkan suku bunga menghasilkan daya tarik yang menguntungkan bagi harga komoditas, khususnya logam mulia.

Tidak hanya itu, Powell juga menggarisbawahi bahwa The Fed akan melakukan penguranan neracanya pada akhir tahun merupakan sinyal yang sangat positif bagi emas. Sejak awal 2019, pasar dolar AS telah berubah menjadi lebih defensif, khususnya melawan sebagian besar mata uang negara berkembang dan Asia.

Akibatnya, setelah naik turun yang cukup dramatis sepanjang 2018, emas berhasil mengamankan posisinya di zona hijau dan pulih ke level yang lebih sehat hingga akhir 2019. "Persepsi investor global bahwa The Fed menahan kenaikan suku bunga, mampu mendorong signifikan reli emas sepanjang Januari dan Februari," papar mereka.

Emas berhasil melanjutkan reli dari kuartal empat 2018, naik dari US$1.280 per troy ounce hingga US$1.340 per troy ounce pada akhir Februari.

Namun, likuidasi penentuan jangka panjang ditetapkan dan emas kembali dijual menuju level di bawah US$1.315 per troy ounce menjelang penutupan kuartal pertama tahun ini. Hal tersebut tidak bertahan lama, munculnya potensi AS mengalami resesi pada akhir pekan lalu membawa emas kembali bergerak di atas US$1.320 per troy ounce.

Sinyal resesi tersebut berasal dari imbal hasil obligasi pemerintah AS dengan tenor 3 bulan lebih tinggi dibandingkan dengan imbal hasil obligasi dengan tenor 10 tahun. Inversi tersebut terjadi yang pertama sejak Januari 2017.

Investor yang memilih jaminan untuk instrumen jangka pendek  tersebut menggambarkan proyeksi yang suram terhadap kondisi perekonomian dalam waktu dekat sehingga membuka peluang investor untuk melindungi nilai di komoditas emas.

"Sekarang kami harapkan kekuatan emas akan bertahan lebih lanjut. Kami memperkirakan emas akan naik lebih jauh ke US$1.350 per troy ounce pada kuartal kedua 2019," ujarnya.

Bank UOB memprediksi emas akan bergerak di level US$1.380 per troy ounce pada kuartal ketiga 2019, mencapai US$1.400 pada kuartal empat 2019, dan mencapai US$1.450 per troy ounce pada kuartal pertama 2020.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Finna U. Ulfah
Editor : Riendy Astria
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper