Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

WTI Sentuh Level Tertinggi di 2019

Minyak West Texas Intermediate untuk pengiriman April ditutup menguat 1% atau 0,57 poin ke level US$59,09 per barel di New York Mercantile Exchange.
Prediksi Harga Minyak WTI/Reuters
Prediksi Harga Minyak WTI/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak mentah ditutup pada level tertingginya tahun ini pada Senin (18/3/2019) karena OPEC dan para mitranya berkomitmen untuk melanjutkan pengurangan produksi hingga Juni.

Minyak West Texas Intermediate untuk pengiriman April ditutup menguat 1% atau 0,57 poin ke level US$59,09 per barel di New York Mercantile Exchange.

Sementara itu, minyak Brent untuk kontrak Mei menguat 0,38 poin dan ditutup di posisi US$67,54 di ICE Futures Europe exchange yang berbasis di London. Minyak mentah patokan global ditutup lebih tinggi US$8,16 dibandingkan WTI untuk bulan yang sama.

Dilansir Bloomberg, OPEC dan mitranya, yang dikenal sebagai OPEC+, menutup pertemuan akhir pekan di Baku, Azerbaijan, setelah menegaskan kembali niat untuk melanjutkan pengurangan produksi. Pada saat yang sama, produksi di Venezuela dan Iran diperkirakan akan terus menurun.

Kyle Cooper, seorang konsultan di Ion Energy Group mengatakan bahwa jaminan jangka pendek untuk pemangkasan lanjutan kemungkinan akan menjaga harga minyak mentah AS antara US$50 dan US$65 per barel untuk beberapa bulan ke depan di tengah pasar yang "cukup seimbang".

"Saya pikir OPEC mungkin setuju dengan itu dan saya pikir pasar dan konsumen mungkin nyaman dengan itu," kata Cooper, seperti dikutip Bloomberg.

Minyak di New York telah menguat 30% tahun ini karena OPEC+ bekerja untuk mengimbangi kelebihan pasokan dengan melonjaknya produksi minyak shale AS.

Sementara itu, kekhawatiran perlambatan global yang menyebabkan harga minyak jatuh pada akhir 2018 telah surut dan pertumbuhan yang stabil di pasar saham telah meredakan kekhawatiran penurunan permintaan.

"Kita terus mendengar pembicaraan tentang perlambatan di sini, di sana, dan di mana-mana, tetapi permintaan minyak secara global belum benar-benar melambat," kata Phil Flynn, analis pasar senior di Price Futures Group Inc. di Chicago.

"Kita mungkin tidak akan pernah mengalami penurunan permintaan yang besar yang dibicarakan semua orang dan itu belum terjadi,” lanjutnya.

Ketika Komite Pemantau Bersama Gabungan OPEC+ bertemu pada Senin. Menteri Energi Arab Saudi Khalid Al-Falih mengatakan OPEC+ tetap berkomitmen untuk membatasi produksi selama pasokan melimpah.

Sementara itu, Rusia dan Irak, dua pemasok terbesar koalisi OPEC+, menyarankan untuk memantau pasar sampai Mei atau Juni sebelum membuat keputusan, karena perkembangan di Venezuela dan Iran dapat mempengaruhi pasokan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper