Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kurs Asia Terkerek Pelemahan Dolar AS, Rupiah Berakhir Menguat Tipis

Berdasarkan data Bloomberg, nilai tukar rupiah di pasar spot melanjutkan penguatannya setelah ditutup terapresiasi tipis 6 poin atau 0,04% ke level Rp14.233 per dolar AS.
Karyawan bank memperlihatkan uang pecahan Dolar AS dan Rupiah di Jakarta, Senin (7/1/2019)./ANTARA-Rivan Awal Lingga
Karyawan bank memperlihatkan uang pecahan Dolar AS dan Rupiah di Jakarta, Senin (7/1/2019)./ANTARA-Rivan Awal Lingga

Bisnis.com, JAKARTA – Nilai tukar rupiah melanjutkan penguatannya meskipun tipis terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan hari ini, Selasa (19/3/2019).

Berdasarkan data Bloomberg, nilai tukar rupiah di pasar spot melanjutkan penguatannya setelah ditutup terapresiasi tipis 6 poin atau 0,04 persen ke level Rp14.233 per dolar AS.

Rupiah sebelumnya dibuka dengan penguatan 21 poin atau 0,15% di level Rp14.218 per dolar AS. Pada perdagangan Senin (18/3), rupiah ditutup terapresiasi 21 poin atau 0,15% di level Rp14.239 per dolar AS.

Sepanjang perdagangan hari ini, rupiah bergerak di kisaran Rp14.218-Rp14.239 per dolar AS.

Bersama rupiah, mata uang lainnya di Asia mayoritas juga menguat terhadap dolar AS petang ini. Won Korea Selatan dan yen Jepang memimpin penguatan, masing-masing sebesar 0,13 persen dan 0,11 persen.

Dilansir Reuters, mata uang di Asia diuntungkan oleh tekanan terhadap dolar AS yang dilanda kekhawatiran atas ekonomi AS dan harapan bahwa Federal Reserve bersikap akomodatif pada pertemuan kebijakan pekan ini.

Indeks dolar AS, yang mengukur kekuatan dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama terpantau melemah 0,170 poin atau 0,18 persen ke level 96,354 pada pukul 17.35 WIB.

Indeks mulai melanjutkan pelemahannya dengan dibuka turun tipis 0,010 poin atau 0,01% di level 96,514, setelah pada perdagangan Senin (158/3/2019) ditutup melemah 0,07 persen atau 0,071 poin di level 96,524.

Pasar memperkirakan The Fed menegaskan nada dovish-nya dalam pertemuan pekan ini, dan ekspektasi penurunan suku bunga telah meningkat setelah data manufaktur lebih rendah dari perkiraan pada hari Jumat.

"Dengan asumsi The Fed tidak lebih agresif dalam perdagangan dalam waktu dekat, ekspektasi lingkungan yang lebih ramah ini akan berlanjut dan memungkinkan mata uang lainnya untuk menguat...," ungkap tim analis ING, seperti dikutip Reuters.

Pasar valuta asing mencatat volatilitas terendah dalam lima tahun terakhir dan analis mengatakan keputusan baru-baru ini oleh The Fed dan bank sentral utama lainnya berkontribusi terhadap rendahnya volatilitas ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Sutarno
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper