Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga CPO Rontok Selama 7 Hari Beruntun

Selama 7 hari berturut-turut harga minyak kelapa sawit (crude palm oil) tak lepas dari zona merah.
Petani memindahkan kelapa sawit hasil panen ke atas truk di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, Rabu (4/4/2018)./JIBI-Rachman
Petani memindahkan kelapa sawit hasil panen ke atas truk di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, Rabu (4/4/2018)./JIBI-Rachman

Bisnis.com, JAKARTA – Selama 7 hari berturut-turut harga minyak kelapa sawit (crude palm oil) tak lepas dari zona merah.

Pada perdagangan Kamis (14/3), harga CPO kontrak pengiriman Mei 2019 di Bursa Derivatif Malaysia finis melemah 1,39% atau 29,00 poin di level 2.062 ringgit per ton, usai dibuka di level 2.087 ringgit per ton.

Dengan hasil tersebut, harga sawit sudah minus 4,40% selama 7 hari berturut-turut, dari level 2.157 ringgit per ton, pada perdagangan Rabu (6/3). Sementara, sejak awal tahun harga komoditas unggulan Indonesia ini baru menguat tipis 2,89%.

Hampir sepekan, harga minyak kelapa sawit berada di zona merah, di tengah ekspektasi permintaan yang loyo dari importir teratas India dan peningkatan produksi domestik.

Melemahnya harga bahan baku minyak goreng itu terjadi di tengah lemahnya permintaan. Mengutip Bloomberg, permintaan minyak sawit global dapat mengalami kontraksi pertama dalam dua dekade selama tahun panen 2019/2020 karena meningkatnya pasokan minyak dalam negeri di India. Selain itu juga melambatnya permintaan di Eropa dan China.

“Ada pembicaraan di antara para trader bahwa minyak sawit dijual di India dengan harga di bawah harga pasar dari stok lama,” kata seorang pialang yang berbasis di Kuala Lumpur.

Chandran Sinnasami, broker berjangka di CIMB, Kuala Lumpur mengatakan, sentimen negatif CPO dipicu oleh tingginya persediaan di negara produsen, yaitu Indonesia dan Malaysia. Selain itu, ada juga spekulasi mengenai suplai di negara importir yang cukup. Terutama di India.

Chandran menambahkan, pasar saat ini tengah mengantisipasi permintaan pada Maret dan April melambat, yang bisa menghambat penurunan stok sawit di Malaysia dan Indonesia. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dika Irawan

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper