Bisnis.com, JAKARTA – Harga batu bara di bursa Newcastle kembali melemah ke zona merah pada perdagangan kemarin, Rabu (13/3/2019).
Berdasarkan data Bloomberg, harga batu bara di bursa ICE Newcastle untuk kontrak Mei 2019 ditutup dengan pelemahan 0,1 poin atau 0,11% ke level US$92,40 per metrik ton.
Adapun batu bara Newcastle untuk kontrak April 2019 yang lebih aktif melemah sebesar 0,15 poin atau 0,16% ke level US$93,45 per metrik ton.
Sementara itu di bursa ICE Rotterdam, harga batu bara untuk kontrak teraktif April 2019 berakhir melemah 1,1 poin atau 1,53% ke level US$70,60 per metrik ton.
Dilansir Bloomberg, harga baru bara melemah di tengah reli pelemahan panjang harga gas alam, yang menjadi alternatif bahan bakar untuk pembangkit listrik.
"Penurunan harga batubara di Eropa terutama didorong oleh beratnya pasar gas dan pengiriman LNG yang kuat," kata Perret Associates dalam e-mail, seperti dikutip Bloomberg.
Baca Juga
"Fundamental batu bara sendiri tidak begitu lemah karena masih didukung permintaan di seluruh dunia dan terbatasnya pasokan khususnya dari Kolombia dan Afrika Selatan,” lanjutnya.
Berbanding terbalik dengan harga batu bara, harga minyak mentah semakin panas, didorong penurunan stok minyak mentah dan bahan bakar di Amerika Serikat (AS) yang menambah bukti pengetatan suplai pada pasar.
Berdasarkan data Bloomberg, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak April 2019 ditutup melonjak 2,4% atau US$1,39 di level US$58,26 per barel di New York Mercantile Exchange pada perdagangan Rabu (13/3/2019).
Minyak WTI ditutup di atas level US$58 per barel untuk pertama kalinya sejak pertengahan November.
Adapun minyak Brent untuk pengiriman Mei berakhir menguat 88 sen di level US$67,55 per barel di ICE Futures Europe exchange yang berbasis di London. Minyak mentah acuan global ini diperdagangkan di premium US$8,96 terhadap WTI untuk bulan yang sama.
Laporan inventaris mingguan oleh Departemen Energi AS menunjukkan penurunan sebesar 3,86 juta barel untuk minyak mentah pada pekan lalu, berlawanan dengan prediksi adanya kenaikan. Sementara itu, penurunan sebesar 4,62 juta untuk bensin adalah yang paling curam sejak Oktober.
Minyak telah menguat hampir 30% sepanjang tahun ini setelah Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan aliansinya melancarkan upaya pembatasan produksi dan ekspor Venezuela runtuh karena pergolakan politik.
Di sisi lain, rekor produksi minyak di AS telah menghantui pasar, tetapi penurunan stok di salah satu konsumen energi terbesar di dunia ini justru menunjukkan bahwa risiko kelebihan suplai semakin surut.
"Kami melihat data ini sebagai hal yang bullish untuk minyak mentah dalam jangka panjang,” ujar Leo Mariani, seorang analis di Keybanc Capital Markets Inc., dalam risetnya.
“Penurunan gabungan dalam minyak mentah dan produk olahan menyiratkan bahwa pasar kekurangan pasokan,” tambahnya.
Pergerakan harga batu bara kontrak Mei 2019 di bursa Newcastle
Tanggal | US$/MT |
13 Maret | 92,40 (-0,11%) |
12 Maret | 92,50 (+0,82%) |
11 Maret | 91,75 (-1,34%) |
8 Maret | 93,00 (-2,52%) |
7 Maret | 94,40 (+0,05%) |
Sumber: Bloomberg
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel