Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Minyak Dunia Memanas, Ini Dua Sentimennya

Harga minyak mentah menguat pada perdagangan Rabu (13/3/2019), didukung oleh perkiraan resmi yang menunjukkan produksi Amerika Serikat lebih lambat dari perkiraan, serta gangguan pasokan dari Venezuela.
Harga Minyak WTI/Reuters
Harga Minyak WTI/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak mentah menguat pada perdagangan Rabu (13/3/2019), didukung oleh perkiraan resmi yang menunjukkan produksi Amerika Serikat lebih lambat dari perkiraan, serta gangguan pasokan dari Venezuela.

Berdasarkan data Bloomberg, hingga pukul 17.27 WIB, harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate memanas 0,51 poin atau 0,90% pada level US$57,38 per barel. Selain itu, harga acuan minyak lainnya, Brent menguat 0,41 poin atau 0,61% pada level US$67,08 per barel.

Pada Selasa (12/3/2019) waktu setempat, Energy Information Administration US (EIA) menyatakan bahwa produksi minyak mentah AS tumbuh lebih lambat pada 2019 dari perkiraan sebelumnya, rata-rata sekitar 12,30 juta barel per hari.

Lembaga itu merevisi angka produksi 2020 yang diproyeksikan dari 13,20 juta barel per hari menjadi 13,03 juta barel per hari. “Walaupun revisi tersebut kecil, bagian yang menyenangkan bagi [harga] bullish adalah bahwa arah revisi turun daripada naik,” kata Harry Tchilinguirian, ahli strategi minyak global di BNP Paribas di London, kepada Reuters Global Oil Forum, seperti dikutip Rabu (13/3/2019).

Data American Petroleum Institute menunjukkan bahwa persediaan minyak mentah AS juga turun di luar prediksi pada minggu lalu. Hal itu menjadi sinyal positif bagi permintaan minyak, mengingat suplai dari berbagai produsen minyak sedang dibatasi.

“Pasar minyak telah mempertahankan penyokong [harga], berkat komitmen Saudi pada Senin untuk pemangkasan yang dalam, serta pemadaman listrik di Venezuela telah melumpuhkan pemuatan minyak di terminal-terminal utama,” kata Tchilinguirian.

Sejauh ini kenaikan harga minyak telah lebih banyak didorong oleh kebijakan OPEC dan sekutunya untuk memangkas produksi.

Sebelumnya, Menteri Energi Saudi Khalid al-Falih mengatakan, kesepakatan pembatasan produksi kemungkinan besar hingga Juni. Arab Saudi, mengindikasikan untuk memangkas ekspor pada April. Sementara itu, pasar juga diperketat oleh sanksi AS terhadap ekspor minyak dari anggota OPEC, yaitu Iran dan Venezuela.

Pemadaman listrik terburuk di Venezuela tercatat telah membuat sebagian besar negara itu tidak memiliki setrum selama 6 hari. Saat yang sama rumah sakit berjuang untuk menjaga peralatan tetap berjalan, makanan membusuk karena panas tropis, dan ekspor dari terminal minyak utama negara itu terdampar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dika Irawan
Editor : Riendy Astria
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper