Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

REKOMENDASI SAHAM : Telekomunikasi Indonesia (TLKM) Masih Layak Beli?

Konsolidasi dan perbaikan harga telah menjadi perbincangan yang menarik bagi bisnis telekomunikasi Indonesia, namun secara tahun berjalan (year-to-date) saham PT Telekomunikasi Indonesia Tbk. hanya mampu naik 1,33%.
Direktur Utama PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom) Alex J. Sinaga meresmikan pengoperasian Satelit Merah Putih yang berlangsung di Stasiun Pengendali Utama Satelit Telkom Cibinong, Senin (17/9/2018)./JIBI-Nurul Hidayat
Direktur Utama PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom) Alex J. Sinaga meresmikan pengoperasian Satelit Merah Putih yang berlangsung di Stasiun Pengendali Utama Satelit Telkom Cibinong, Senin (17/9/2018)./JIBI-Nurul Hidayat

Bisnis.com, JAKARTA — Konsolidasi dan perbaikan harga telah menjadi perbincangan yang menarik bagi bisnis telekomunikasi Indonesia, namun secara tahun berjalan (year-to-date) saham PT Telekomunikasi Indonesia Tbk. hanya mampu naik 1,33%.

Lalu bagaimana prospek saham emiten berkode saham TLKM tersebut pada tahun ini?

Berdasarkan riset yang dirilis oleh J.P Morgan mengindikasikan bahwa konsolidasi kemungkinan tidak akan terjadi pada tahun ini. Untuk penetapan tarif pada tahun ini relatif stabil meskipun belum ada kenaikan harga yang signifikan pada tahun ini.

TLKM menargetkan pertumbuhan penggunaan data 60%–70%. Namun, untuk penggunana data nirkabel relatif moderat. Pertumbuhan pelanggan IndiHome tetap kuat dan bisa melebihi 30%.

Perubahan regulasi terkait dengan persaingan tarif sedang dalam tahapan awal pembahasan, tetapi hal tersebut dapat menjadi stimulus untuk persaingan industri yang lebih sehat dalam jangka menengah.

Pemerintah sedang mempertimbangkan tiga perubahan pada regulasi terkait dengan tarif promosi yang lebih transparan, melarang tarif dihargai di bawah biaya layanan, dan membatasi praktik penetapan harga yang monopolistik.

Sementara itu, setelah target pertumbuhan pemakian data pada 2018 telah tercapai 100%, pada tahun ini TLKM menargetkan pertumbuhan 60%--70% pemakaian data nirkabel. Pertumbuhan penggunaan data diprediksi mengalami penurunan 10% hingga 20% pada 2019.

Namun, pendapatan dari penggunaan data diprediksi tumbuh sebesar 30% pada 2019. Untuk mendukung pertumbuhan tersebut, TLKM berencana untuk menambah BTS-nya hingga 20.000--21.000 pada 2019 untuk layanan 4G.

Adapun, J.P Morgan menyematkan rating overweight (OW) untuk saham TLKM yang diperdagangkan pada price earning ratio (PE) 1 tahun ke depan 16,6x, dengan target harga hingga 30 Juni 2019 Rp4.600.

Sementara itu, Ciptadana Sekuritas Asia dalam risetnya menyebutkan bahwa perlambatan di segmen bisnis perusahaan pada kuartal IV/2018, diperkirakan mengalami penurunan.

Perseroan menyatakan bahwa beberapa proyek yang awalnya diharapkan dapat berkontribusi pada kuartal IV/2018 diperkirakan tidak dapat memberikan kontribusi ke pendapatan perseroan karena beberapa masalah administrasi. Selain itu terdapat beberapa proyek perseroan yang mengalami penundaan.

Lebih lanjut, dalam risetnya, Ciptadana Sekuritas Asia menjelaskan bahwa belakangan ini kenaikan tarif hanya dilakukan oleh dari ISAT yang menaikkan harga Paket Yellow sebesar 25% menjadi Rp2.500 / GB pada Januari 2019.

Saat ini, TSel lebih memilih menunggu dan melihat perkembangan situasi dan dengan mencoba untuk menghasilkan laba secara lebih strategis dengan cara kerja di beberapa daerah dengan menggunakan basis cluster dan penawaran yang dipersonalisasi.

Terakhir kali TSel menaikkan tarif adalah pada Oktober 2018 ketika paket kuota besar (lebih dari 10GB) dengan kenaikan 2%—10% meskipun sebagian besar pendapatan didapatkan oleh paket kuota kecil, yang lebih laris.

“Karena tidak ada peningkatan yang jelas dalam penetapan harga, kami percaya pertumbuhan pendapatan data akan melambat QoQ pada kuartal IV/2018, karena menurut kami pertumbuhan akan sangat tergantung pada peningkatan konsumsi data per pelanggan,” jelasnya.

Adapun, Ciptadana Sekuritas Asia menurunkan target harganya (target price/ TP) menjadi Rp4.375 per saham yang sebelumnya Rp4.600 per saham. Namun demikian, rekomendasi beli untuk saham TLKM tetap dipertahankan.

“Terlepas dari rekomendasi beli kami, kami pikir konsensus masih terlalu optimistis pada TLKM, penurunan penghasilan dapat menimbulkan risiko terhadap kinerja harga saham. Namun demikian, TLKM tetap menjadi pilihan kami di antara operator telekomunikasi,” pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Muhammad Ridwan
Editor : Riendy Astria
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper