Bisnis.com, JAKARTA -- Saham PT Bank Central Asia Tbk. masih menjadi favorit sejumlah analis, tetapi sebagian analis lainnya meragukan untuk tetap merekomendasikan beli saham bank swasta terbesar Tanah Air ini. Bagaimana prospeknya hingga akhir tahun ini?
Saham emiten dengan kode BBCA ini sudah naik 5,77% dibandingkan dengan akhir 2018 dan ditutup pada level Rp27.500 pada perdagangan kemarin.
Sebanyak 20 dari 37 sekuritas konsensus Bloomberg merekomendasikan tahan saham BBCA, sedangkan 14 sekuritas merekomendasikan beli dan 3 merekomendasikan jual. Target harga rata-rata konsensus adalah Rp28.274, atau hanya tersisa potensi kenaikan 2,8% dari harga penutupan kemarin.
Budi Rustanto, analis Valbury Sekuritas Indonesia, merupakan salah satu sekuritas yang merekomendasikan beli dengan target harga Rp30.500, dengan asumsi return on equity sebesar 16,x dan cost of equity 11,3x. Target harga ini mencerminkan tingkat PE ratio 27,5x dan PBV 4,4x atas proyeksi laba 2019.
Budi merekomendasikan beli saham BBCA karena sejumlah pertimbangan. Pertama, ekspektasi pertumbuhan pinjaman sejalan dengan perkembangan ekonomi. Kedua, tingkat LFR dan CAS yang sehat untuk mengakomodasi permintaan pinjaman yang lebih tinggi.
Ketiga, prinsip peminjaman yang hati-hati. Keempat, peningkatan fee based income dan CASA melalui pengembangan perbankan digital serta kemitraan dengan perusahaan fintech.
Hanya saja, ada juga beberapa risiko yang membayangi BBCA, seperti bunga pinjaman yang lebih tinggi dari perkiraan yang berpotensi menekan laju pinjaman, pelemahan nilai tukar rupiah yang berpotensi menekan daya beli, harga komoditas yang lebih rendah, dan kemerosotan kualitas aset dan NIM.
Budi cukup meyakini kinerja emiten terbesar di Indonesia ini akan tetap solid tahun ini. Pertumbuhan pinjaman diperkirakan mencapai 10%, terutama ditopang oleh kredit korporasi yang sejalan dengan pengembangan infrastruktur yang masif. BBCA juga masih akan melanjutkan pengembangan lini digitalnya serta pertumbuhan anorganik.
Suria Dharma, analis Samuel Sekuritas Indonesia, memilih rekomendasi tahan bagi BBCA dengan target harga Rp27.800. Target harga ini mencerminkan proyeksi PBV 2019 sebesar 4,0x.
“Kami tetap menyukai performa BBCA, tetapi secara valuasi sangat premium dibandingkan bank-bank lainnya. Saat ini PBV telah berada di +1,5xSD PBV jangka panjang,” katanya.
BBCA membukukan kinerja yang positif sepanjang 2018. Kredit BBCA tumbuh 15,1% yoy di
2018 atau 4,3% qoq menjadi Rp 538,1 triliun. Pertumbuhan ini didukung oleh kredit korporasi yang tumbuh 20,4% yoy.
BBCA masih dapat mencatatkan kenaikan laba bersih sebesar 10,9% yoy atau 13,6% qoq menjadi Rp 25,9 triliun, kedua tertinggi setelah BBRI. Suria memproyeksikan laba bersih BBCA akan meningkat 12,4% sepanjang 2019.