Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Anjlok Lebih dari 1%, Ini Sentimen Penekannya

Berdasarkan data Bloomberg, nilai tukar rupiah di pasar spot ditutup melemah 171 poin atau 1,21% ke level Rp14.314 per dolar AS.
Karyawan menghitung mata uang rupiah/ANTARA-Sigid Kurniawan
Karyawan menghitung mata uang rupiah/ANTARA-Sigid Kurniawan

Bisnis.com, JAKARTA – Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) berakhir di zona merah dan anjlok lebih dari 1% pada perdagangan hari ini, Jumat (8/3/2019).

Berdasarkan data Bloomberg, nilai tukar rupiah di pasar spot ditutup melemah 171 poin atau 1,21% ke level Rp14.314 per dolar AS.

Rupiah sebelumnya dibuka dengan pelemahan 81 poin atau 0,57% di level Rp14.224 per dolar AS. Pada perdagangan Rabu (6/3), rupiah ditutup terdepresiasi 15 poin atau 0,11% di level Rp14.143 per dolar AS.

Sepanjang perdagangan hari ini, rupiah bergerak di kisaran Rp14.221-Rp14.335 per dolar AS.

Nilai tukar rupiah tergelincir paling tajam dalam delapan bulan terakhir, sekaligus memimpin pelemahan di antara mata uang di Asia, di tengah meningkatnya kekhawatiran pertumbuhan global yang melambat.

Sementara itu, Bank sentral Indonesia mengatakan pihaknya melakukan intervensi untuk membatasi aksi jual rupiah dan obligasi.

Menyusul pelemahan rupiah di Asia, won Korea Selatan ditutup turun 0,64%, sedangkan yuan China melemah 1,5%. Di sisi lain, yen Jepang menguat paling tajam sebesar 0,45%, disusul baht Thailand yang terapresiasi 0,3%.

Dilansir Bloomberg, aset-aset pasar di Asia turun secara keseluruhan setelah Bank Sentral Eropa memangkas perkiraan pertumbuhan Kamis, ditambah dengan rilis data ekspor China yang lebih buruk dari perkiraan para ekonom.

Bank Indonesia mengungkapkan, sentimen risk-off memperkuat dolar AS dan menekan rupiah.

"Penurunan di pasar Asia diperkirakan berlanjut hingga akhir pekan ini, didorong oleh bertumpuknya kekhawatiran pertumbuhan yang tampaknya terjadi di semua wilayah," kata Jingyi Pan, analis pasar di IG Asia Pte, seperti dikutip Bloomberg.

Kekhawatiran global yang meningkat telah menyeret aset pasar negara berkembang dalam beberapa pekan terakhir, dan tampaknya mengakhiri reli yang dimulai pada bulan Desember di tengah tanda-tanda bahwa Federal Reserve bersikap dovish.

Optimisme beralih menjadi kehati-hatian karena sejumlah bank sentral dari Eropa hingga Australia mengikuti langkah The Fed, memicu kekhawatiran baru tentang prospek pertumbuhan.

Analis valas Bank of Singapore Ltd, Sim Moh Siong mengatakan pelemahan rupiah juga merupakan pelonggaran yang terjadi saat ini di seluruh pasar negara berkembang dengan yield tinggi sebagai akibat dari situasi risk-off.

Sementara itu, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan bank sentral akan tetap di berada pasar untuk menstabilkan rupiah.

Kepala Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia, Nanang Hendarsah menambahkan bahwa bank sentral akan membeli "sejumlah besar" obligasi pemerintah.

Sementara itu, indeks dolar Amerika Serikat (AS) yang mengukur kekuatan mata uang dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama dunia, terpantau melemah 0,227 poin atau 0,23% ke level 97,44 pada pukul 16.53 WIB.

Pergerakan indeks sebelumnya dibuka turun tipis 0,041 poin atau 0,04% di level 97,626, setelah pada perdagangan Kamis (7/3) ditutup menguat 0,82% atau 0,794 poin di level 97,667.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Rustam Agus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper