Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

API Tunjukkan Kenaikan Besar Persediaan Minyak, WTI Meluncur

Harga minyak mentah tergelincir setelah laporan industri menunjukkan persediaan minyak mentah AS yang lebih besar dari perkiraan.
Minyak WTI/Reuters
Minyak WTI/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak mentah tergelincir pada perdagangan Selasa (5/3/2019) setelah laporan industri menunjukkan persediaan minyak mentah AS yang lebih besar dari perkiraan.

Harga minyak melemah dari level penyelesaian setelah American Petroleum Institute melaporkan bahwa persediaan minyak mentah AS naik 7,29 juta barel pekan lalu.

Minyak West Texas Intermediate untuk pengiriman April tergelincir 0,03 poin ke leve US$56,56 per barel di New York Mercantile Exchange. Kontrak turun 0,31 poin ke level US$56,28 pada pukul 17.00 waktu setempat.

Sementara itu, minyak Brent untuk kontrak Mei menguat 0,19 poin dan ditutup di level US$65,86 per barel di ICE Futures Europe exchange yang berbasis di London.

Jika dikonfirmasi oleh data Energy Information Administration pada hari Rabu, itu akan menjadi kenaikan mingguan terbesar sejak pertengahan Januari. Analis yang disurvei Bloomberg memperkirakan kenaikan 1,45 juta barel.

Mitra di Again Capital LLC, John Kilduff mengatakan kenaikan tersebut kemungkinan disebabkan oleh pemeliharaan kilang dan juga distorsi setelah cuaca buruk di Teluk Meksiko, khususnya di Houston Ship Channel.

"Sepertinya kita bermain sedikit mengejar di sini dan (kenaikan) ini mengimbangi penurunan besar minggu lalu," katanya, seperti dikutip Bloomberg.

Sebelumnya, minyak WTI berfluktuasi karena investor menunggu katalis berikutnya dari pembicaraan perdagangan AS-China atau pergeseran dalam rezim Venezuela.

"Ada banyak sentimen yang saling bertentangan di sini," kata Thomas Finlon, direktur Energy Analytics Group Ltd di Wellington, Florida.

Minyak mentah WTI telah menguat selama dua bulan berturut-turut karena OPEC dan negara sekutunya termasuk Rusia mengurangi output sebagai bagian dari perjanjian untuk membantu menyeimbangkan pasar minyak global.

Perang perdagangan AS-China dan ancaman yang timbul atas permintaan membatasi penguatan, tetapi pasar kemungkinan akan naik karena berita resolusi perdagangan kedua negara.

Sementara itu, China mengumumkan pemotongan pajak besar-besaran setelah sebuah laporan tahunan menurunkan target ekspansi produk domestik bruto mencatat laju yang paling lambat dalam hampir tiga dekade terakhir.

"Ada setiap harapan bahwa stimulus fiskal yang dibicarakan China, bersama dengan lingkungan perdagangan dengan AS yang mungkin lebih ramah, dapat mencegah langkah ke arah penurunan konsumsi minyak di China," kata Bart Melek, kepala analis komoditas global di TD Securities.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper