Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Menguat Tipis, Rupiah Nyaman pada Level Rp14.000an

Rupiah bertahan di sekitar level Rp14.000 per dolar AS dipicu oleh menguatnya dolar Amerika Serikat.
Karyawan menghitung mata uang rupiah di gerai penukaran mata uang asing Ayu Masagung, Kwitang, Jakarta Pusat, Senin (28/1/2019)./ANTARA-Sigid Kurniawan
Karyawan menghitung mata uang rupiah di gerai penukaran mata uang asing Ayu Masagung, Kwitang, Jakarta Pusat, Senin (28/1/2019)./ANTARA-Sigid Kurniawan

Bisnis.com, JAKARTA — Rupiah bertahan di sekitar level Rp14.000 per dolar AS dipicu oleh menguatnya dolar Amerika Serikat.

Berdasarkan data Bloomberg, pada penutupan perdagangan Selasa (5/3/2019), rupiah ditutup menguat tipis, naik 0,01% atau 2 poin menjadi Rp14.128 per dolar AS.

Sementara itu, indeks dolar AS yang mengukur kekuatan greenback di hadapan mata uang mayor pada perdagangan Selasa (5/3/2019) pukul 17.27 WIB, bergerak menguat 0,07% menjadi 96,751. 

Direktur PT Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan bahwa kekuatan dolar AS saat ini masih datang dari keyakinan investor terhadap upaya damai dagang oleh dua negara dengan ekonomi terbesar di dunia, yaitu AS dan China.

"Mike Pompeo, Menteri Luar Negeri AS, menyatakan AS dan China sudah dekat untuk mengakhiri perang dagang. Dalam waktu dekat, seluruh bea masuk dan berbagai hambatan dagang atau trade barrier bisa hilang," ujar Ibrahim melalui keterangan resmi, Selasa (5/3/2019).

Ibrahim mengatakan, saat AS dan China sudah berdamai dan tidak lagi saling menghambat, maka ekspor dan investasi Negeri Paman Sam akan lebih baik sehingga terdapat kemungkinan pertumbuhan ekonomi AS akan lebih tinggi.

Ketika ekonomi negara adidaya tersebut melaju lebih kencang, tentu akhirnya bank sentral AS, Federal Reserves, akan ikut campur tangan agar ekonomi dalam negeri tidak terjadi overheating. Oleh karena itu, suku bunga acuan kemungkinan kembali akan dieksekusi untuk mengendalikan laju pertumbuhan ekonomi AS.

Selain itu, perlambatan ekonomi dunia sangat kental mewarnai jalannya perdagagan hari ini. Adapun, hari ini pemerintah China memangkas target pertumbuhan ekonomi untuk tahun 2019 menjadi pada kisaran 6% hingga 6,5%. Sebelumnya, target pertumbuhan ekonomi 2019 dipatok pada kisaran 6,5%, dan pada 2018, China berhasil tumbuh sebesar 6,6%.

"Jika yang terealisasi nantinya adalah target pertumbuhan ekonomi di batas bawah 6%, maka itu akan menjadi pertumbuhan ekonomi terlemah dalam 3 dekade," ujar Ibrahim.

Di sisi lain, sejatinya pemerintah China mengumumkan pemotongan tingkat pajak senilai US$298 miliar untuk tahun ini guna menahan perlambatan ekonomi. Salah satu tingkat pajak yang dipangkas adalah Pajak Pertambahan Nilai (PPN) untuk sektor manufaktur.

Ibrahim memperkirakan rupiah akan diperdagangkan di level penguatan Rp14.130 per dolar AS hingga Rp14.080 per dolar AS dan pada level pelemahan Rp14.160 per dolar AS hingga Rp14.080 per dolar AS. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Finna U. Ulfah
Editor : Riendy Astria
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper