Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Persepsi Risiko Investasi RI Berpotensi Terus Membaik, Ini Alasannya

Persepsi risiko investasi di pasar surat utang negara Indonesia tahun ini diekspektasikan akan semakin rendah atau semakin membaik, seiring dengan meredanya gejolak eksternal, positifnya indikator makro ekonomi,  serta peluang peningkatan peringkat negara pada 2020.
Ilustrasi/Bisnis.com
Ilustrasi/Bisnis.com

Bisnis.com, JAKARTA—Persepsi risiko investasi di pasar surat utang negara Indonesia tahun ini diekspektasikan akan semakin rendah atau semakin membaik, seiring dengan meredanya gejolak eksternal, positifnya indikator makro ekonomi,  serta peluang peningkatan peringkat negara pada 2020.

Persepsi risiko investasi di pasar surat utang pemerintah Indonesia tercermin dari angka credit default swap (CDS). CDS 5 tahun Indonesia hingga Senin (4/3/2019) sudah turun ke level 97,01 atau menguat 29,41% ytd dibandingkan dengan posisi akhir tahun 2018 lalu yang pada level 137,45.

Posisi CDS 5 tahun Indonesia pada awal pekan ini merupakan level terendahnya sepanjang tahun ini. Penurunan CDS 5 tahun Indonesia lebih tinggi dibandingkan India yang turun sebesar 21,78%, kendati level CDS 5 tahun India masih lebih rendah yakni 84,375. Peringkat India dan Indonesia dari S&P kini sama-sama di level BBB-.

CDS 10 tahun Indonesia juga menunjukkan perbaikan, kendati tidak sebesar CDS 5 tahun. Hingga Senin (4/3/2019), CDS 10 tahun Indonesia sudah di level 173.675, turun 19% dibandingkan posisi akhir 2018 yang sebesar 214,015.

Desmon Silitonga, analis Capital Asset Management, mengatakan bahwa bila dibandingkan penurunan CDS India, penurunan CDS Indonesia masih relatif sejalan atau tidak terlalu menunjukkan anomali yang tinggi.

Penurunan CDS pada awal tahun ini disebabkan oleh sejumlah sentimen positif dari global, terutama kebijakan suku bunga The Fed serta perkembangan konflik dagang antara Amerika Serikat dan China yang menjurus ke arah perbaikan.

Pasar menangkap sinyal bahwa The Fed tidak akan menaikkan suku bunganya terlalu agresif. Selain itu, ekonomi AS tahun ini juga masih diekspektasikan tidak akan setinggi tahun lalu.

Pertumbukan ekonomi AS pada kuartal IV/2018 diumumkan sebesar 2,6% pekan lalu, sedikit lebih tinggi dari estimasi pasar 2,4%, tetapi lebih rendah dibandingkan dengan kuartal sebelumnya 3,4%. Sepanjang 2018, pertumbuhan ekonomi AS mencapai 2,9%.

Ekspektasi bahwa pertumbuhan ekonomi AS tahun ini tidak lagi setinggi tahun lalu menyebabkan dolar pun tidak lagi seperkasa tahun lalu. Setelah The Fed memberikan sinyal untuk lebih hati-hati dalam kebijakan suku bunganya, investor banyak beralih ke pasar negara berkembang.

Probabilitas perdamaian perang dagang juga turut mendukung perpindahan dana asing. Nilai beli bersih asing di pasar SBN sudah mencapai Rp41,86 triliun per Kamis (27/2/2019) pekan lalu, mendekati arus masuk sepanjang 2018 yang mencapai Rp57,1 triliun.

“CDS kita membaik karena faktor eksternal di awal tahun ini lebih smooth. Risiko tidak akan setinggi tahun lalu, terutama perang dagang dan kebijakan suku bunga The Fed. Akhirnya, investor tidak ada pilihan lain selain masuk lagi ke emerging market,” katanya, Senin (4/3/2019).

Desmon mengatakan, kinerja CDS hingga akhir tahun ini akan bergantung pada perkembangan kondisi eksternal, khususnya kebijakan suku bunga The Fed dan perang dagang.

CDS bisa terus turun bila The Fed benar-benar tidak menaikkan suku bunganya, atau bahkan menurunkannya, serta perundingan damai dagang antara AS dan China menghasilkan keputusan positif. Namun, selama kedua faktor ini belum pasti, pergerakan CDS akan tetap volatil tahun ini.

Pasar akan menunggu hasil pertumbuhan ekonomi AS untuk kuartal I/2019. Bila terbukti turun, risiko bagi pasar negara berkembang akan makin turun tahun ini. Selanjutnya, pasar tinggal menanti hasil perundingan dagang.

“Kondisi global yang pasti akan tercermin ke rupiah. Kalau bisa stabil dan terus menguat, dampaknya ke CDS akan terapresiasi juga. Kalau rupiah bisa dijaga di level yang sekarang pun, saya rasa CDS bisa makin membaik. Level 97 saat ini sudah cukup baik,” katanya.

Handy Yunianto, Kepala Riset Fixed Income Mandiri Sekuritas, mengatakan bahwa CDS 5 tahun Indonesia hingga akhir tahun ini masih berpotensi turun hingga ke level 90. Hal ini didukung oleh kebijakan fiskal pemerintah yang lebih pruden dan ekspektasi adanya peningkatan peringkat pada 2020.

Dengan postur fiskal 2019 yang postif, Mandiri Sekuritas percaya bahwa 4 fariabel independen yang secara signifikan berdampak pada peningkatan peringkat, akan meningkat pula pada 2020. Fariabel tersebut yakni GDP per kapita, inflasi, rasio utang terhadap pendapatan negara, dan keseimbangan fiskal pemerintah terhadap GDP.

Handy mengatakan, Mandiri Sekuritas memperkirakan yield surat utang negara (SUN) tenor 10 tahun hingga akhir tahun ini akan berkisar antara 7,50% hingga 7,78%. Posisi ini sedikit turun atau membaik dibandingkan level yield SUN pada akhir 2018 lalu yang di posisi 8,03%.

Skenario ini didasarkan atas perkiraan yield US Treasury 10 tahun sudah mencapai titik tertingginya pada Oktober 2018 di level 3,24% dan tidak akan mencapai level itu lagi. Hingga akhir tahun ini, yield US Treasury 10 tahun diperkirakan akan berkisar di level 2,8%, sedikit naik dibandingkan posisi akhir 2018 di level 2,68%.

Mandiri Sekuritas memperkirakan Bank Indonesia hanya akan menaikkan suku bunga acuan BI 7 Days Repo Rate sebanyak 1 kali tahun ini sebesar 25 bps, sehigga BI 7 DRR berakhir di level 6,25%. Peningkatan ini lebih terbatas dibandingkan tahun lalu yang mencapai 175 bps.

Sementara itu, nilai tukar rupiah diperkirakan akan relatif stabil di kisaran Rp14.000, lebih baik dibandingkan posisi akhir 2018 yang sebesar Rp14.417.

“Kami memperkirakan peringkat Indonesia akan tetap stabil tahun ini dan kemungkinan akan dinaikan pada 2020 jika pendapatan pajak konsisten meningkat, sehingga emisi SBN bisa berkurang, CAD bisa lebih rendah, dan cadangan devisa lebih tinggi,” ungkapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Riendy Astria

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper