Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bursa Asia Terdorong China, IHSG Menguat di Akhir Sesi I

Berdasarkan data Bloomberg, pergerakan IHSG menguat 0,86% atau 55,64 poin ke level 6.498,98 pada akhir sesi I dari level penutupan perdagangan sebelumnya.
Karyawan melintas di dekat monitor Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (16/10/2018)./Bisnis-Nurul Hidayat
Karyawan melintas di dekat monitor Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (16/10/2018)./Bisnis-Nurul Hidayat

Bisnis.com, JAKARTA – Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mantap bertahan di zona hijau hingga akhir sesi I perdagangan hari ini, Jumat (1/3/2019).

Berdasarkan data Bloomberg, pergerakan IHSG menguat 0,86% atau 55,64 poin ke level 6.498,98 pada akhir sesi I dari level penutupan perdagangan sebelumnya.

Sebelumnya, indeks dibuka rebound dengan penguatan 0,39% atau 25,27 poin ke level 6.468,62. Sepanjang perdagangan hari ini, IHSG bergerak di level 6.466,16 – 6.504,30.

IHSG sebelumnya ditutup di zona merah dengan pelemahan 1,26% atau 82,33 poin di level 6.443,35 pada perdagangan Kamis (28/2).

Sebanyak 101 saham menguat, 267 saham melemah, dan 234 saham stagnan dari 628 saham yang diperdagangkan.

Saham PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) dan PT Astra International Tbk. (ASII) yang masing-masing menguat 1,84% dan 2,8%  menjadi penopang utama pergerakan IHSG siang ini.

Sementara itu, seluruh sembilan sektor menetap di zona hijau dan menopang pergerakan IHSG, didorong sektor aneka industri yang menguat 2,25% dan konsumer yang naik 1,53%.

IHSG menguat di saat mayoritas indeks saham lainnya di kawasan Asia juga mayoritas menguat siang ini. Indeks Topix dan Nikkei 225 Jepang masing-masing naik 0,57% dan 1,16%, indeks Shanghai Composite menguat 0,14%, dan indeks Hang Seng menguat 0,45%.

Dilansir Reuters, bursa saham Asia menguat didorong oleh reli di pasar saham China setelah penerbit indeks MSCI mengumumkan akan meningkatkan proporsi saham asal Negeri Panda tersebut di indeks global, yang berpotensi menarik modal asing lebih dari US$80 miliar ke negara tersebut.

"Hanya dua bulan yang lalu China menghadapi salah satu tahun terburuk yang pernah ada dalam hal kinerja pasar ekuitas. Jadi saya pikir investor menganggap sangat serius fakta bahwa penyeimbangan ulang MSCI sedang terjadi," kata Jim McCafferty, kepala riset ekuitas Asia di Nomura Holdings, seperti dikutip Reuters.

"Ada ketidaksinambungan antara posisi China di ekonomi dunia dan posisi China di pasar saham dunia. Dan dua hal itu tidak bisa dibedakan begitu lama," katanya.

Di sisi lain, Presiden AS Donald Trump pada hari Kamis memicu kekhawatiran atas pembicaraan perdagangan antara Amerika Serikat dan China, memperingatkan bahwa ia dapat meninggalkan perjanjian perdagangan dengan China jika tidak cukup baik.

Hal tersebut bertolak belakang dengan komentar dari penasihat ekonomi Gedung Putih Larry Kudlow pada hari Kamis, yang menyebut kemajuan dalam perundingan sebagai hal yang "fantastis" dan mengatakan kedua negara menuju kesepakatan yang luar biasa dan bersejarah.

Sentimen lainnya datang dari akhir pertemuan tingkat tinggi Presiden AS Donald Trump dan pemimpin Korea Utara Kim Jong-un mengenai denuklirisasi yang tidak menghasilkan kesepakatan serta data dari China yang menunjukkan perlambatan aktivitas pabrik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper