Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kinerja HERO Tahun Lalu Tak Gemilang

Kinerja PT Hero Supermarket Tbk. mengalami penurunan pada 2018, setelah penjualan dari segmen makanan mengalami tekanan.
Warga memasuki gerai Hero di kawasan Gondangdia, Jakarta, Senin (14/1/2019)./ANTARA-Putra Haryo Kurniawan
Warga memasuki gerai Hero di kawasan Gondangdia, Jakarta, Senin (14/1/2019)./ANTARA-Putra Haryo Kurniawan

Bisnis.com, JAKARTA -- Emiten ritel PT Hero Supermarket Tbk. membukukan penurunan penjualan pada 2018. Untuk mengatasi hal tersebut, Hero bakal fokus untuk memperbaiki bisnis makanan dan memperbesar segmen penjualan non-makanan.

Pada 2018, total penjualan HERO yang dikantongi senilai Rp12,97 triliun atau turun 0,5% dari posisi Rp13,03 triliun dari capaian 2017. Penurunan penjualan turut disebabkan menyusutnya penjualan segmen makanan sebesar 5% menjadi Rp10,34 triliun dengan kerugian underlying (di luar biaya restrukturisasi) sebesar Rp157 miliar, lebih rendah Rp276 miliar dibandingkan 2017.

Presiden Direktur Hero Supermarket Patrik Lindvall mengungkapkan tantangan signifikan yang dihadapi oleh Giant Supermarket dan Hypermarket adalah penjualan yang menurun dan peningkatan kerugian. Sementara itu, Hero Supermarket berkontribusi positif bagi bisnis karena perseroan meningkatkan standar operasional dalam kualitas, kesegaran, dan ketersediaan.

Kinerja HERO juga mendapat sokongan dari capaian bisnis non makanan.

"Untuk bisnis non makanan, kami berjalan dengan baik. Secara keseluruhan, penjualan tumbuh 21% menjadi Rp2,62 triliun," sebutnya dalam keterangan resmi, Kamis (28/2/2019).

Lindvall menerangkan pertumbuhan bisnis non makanan didorong oleh promosi yang kuat pada kategori kecantikan di bisnis kesehatan dan kecantikan serta didukung oleh peningkatan kunjungan ke toko IKEA Alam Sutera. Selain itu, ditambah pula oleh peningkatan kontribusi dari bisnis e-commerce.

Dia mengungkapkan perseroan tengah menghadapi tantangan karena bisnis ritel makanan sedang beradaptasi dengan perubahan dalam preferensi pelanggan. Sekarang, tutur Lindvall, pelanggan menginginkan akses terhadap produk dengan berbagai macam cara melalui format, lingkup, dan lokasi yang berbeda.

"Kami merasakan dampaknya karena terlambat dalam menanggapi perubahan dinamika konsumen. Ini adalah sesuatu yang perlu segera diatasi," ucapnya.

Untuk memenuhi perubahan dalam permintaan konsumen, perseroan memiliki kebutuhan mendasar untuk menata kembali serta meningkatkan daya saing dalam hal penawaran kepada pelanggan. Langkah ini dilakukan secara bersamaan dengan meningkatkan rantai pasokan, produktivitas, dan standar operasional toko secara signifikan.

HERO juga mengaku terus melakukan tinjauan strategis di seluruh lini bisnis. Tinjauan tersebut menyoroti banyak peluang untuk meningkatkan kinerja, di mana fokus terbesar dibutuhkan oleh bisnis makanan.

Strategi pemulihan yang dilakukan yakni berinvestasi pada toko-toko, meningkatkan daya saing, menurunkan beban biaya dan meningkatkan produktivitas, untuk memiliki struktur yang efektif dan efisien, guna melayani pelanggan dengan baik secara konsisten.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper