Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Perdagangan Sawit di Malaysia Sempat Terganggu Masalah Teknis

Perdagangan minyak kelapa sawit berjangka terperosok setelah masalah teknis di CME Group Inc. merembet ke Malaysia, Rabu (27/2/2019).
Petani memindahkan kelapa sawit hasil panen ke atas truk di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, Rabu (4/4/2018)./JIBI-Rachman
Petani memindahkan kelapa sawit hasil panen ke atas truk di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, Rabu (4/4/2018)./JIBI-Rachman

Bisnis.com, JAKARTA – Perdagangan minyak kelapa sawit berjangka terperosok setelah masalah teknis di CME Group Inc. merembet ke Malaysia, Rabu (27/2/2019). Hal ini menyebabkan pembukaan perdagangan Bursa Derivatif Malaysia terlambat sejam.

Perdagangan di Bursa Malaysia yang menggunakan jasa CME Globex untuk platform perdagangan berjangka akhirnya dibuka pada pukul 11.30 waktu setempat. Minyak sawit berjangka untuk kontrak Mei 2019 mulai diperdagangkan 0,1% lebih tinggi dari sebelumnya yang 0,6%.

“Beruntungnya, belum ada yang menggerakan pasar utama untuk minyak kelapa sawit dan minyak kedelai, atau acara semalam atau pagi ini,” kata Gnanasekar Thiagarajan, kepala perdagangan di Kaleesuwari Intercontinental dari Mumbai, India di pembukaan perdagangan seperti dilansir Bloomberg, Rabu (27/2).

Akibat masalah teknis itu, transaksi pembelian dan penjualan kontrak yang terikat dengan Departemen Keuangan AS, bursa berjangka, dan bursa komoditas menjadi terhambat. Komoditas yang terpengaruh termasuk eurodollar, logam, biji-bijian, minyak mentah, dan gas alam.

Perdagangan tersebut dibuka kembali pada Selasa (26/2) pukul 21.45 waktu AS bagian Tengah, atau sekitar tiga jam setelah perdagangan terhenti.

Agar diketahui, CME Group Inc., merupakan perusahaan pasar keuangan AS yang mengoperasikan opsi dan perdagangan berjangka. Mereka memiliki dan mengoperasikan bursa derivatif dan bursa berjangka di Chicago, New York, dan London.

Hingga Rabu (27/2) pukul 11.04 WIB, harga CPO kontrak Mei 2019 di Bursa Derivatif Malaysia turun 0,32% atau 7 poin ke level 2.176 ringgit per ton. Dengan demikian, harga komoditas andalan Malaysia dan Indonesia ini sudah melemah 7,17% selama 5 hari.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dika Irawan
Editor : Annisa Margrit
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper