Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Ditutup Melemah di Level Rp14.030 per US$

Rupiah kembali ditutup melemah pada perdagangan Rabu (27/2/2019) akibat tergerus sentimen melambatnya ekonomi global
Karyawan memegang mata uang rupiah di gerai penukaran mata uang asing Ayu Masagung, Kwitang, Jakarta Pusat, Senin (28/1/2019)./ANTARA-Sigid Kurniawan
Karyawan memegang mata uang rupiah di gerai penukaran mata uang asing Ayu Masagung, Kwitang, Jakarta Pusat, Senin (28/1/2019)./ANTARA-Sigid Kurniawan

Bisnis.com, JAKARTA – Rupiah kembali ditutup melemah pada perdagangan Rabu (27/2/2019) akibat tergerus sentimen melambatnya ekonomi global. 

Berdasarkan data Bloomberg, pada perdagangan Rabu (27/2/2019), rupiah ditutup melemah 0,27% atau turun 38 poin menjadi Rp14.030 per dolar AS. Pelemahan rupiah kali ini menjadi yang terburuk di Asia. 

Direktur PT Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan bahwa sentimen damai dagang AS–China yang sempat membuat mata uang garuda perkasa pada awal pekan ini sudah mulai memudar. 

“Belum adanya kabar terbaru dari hubungan AS–China, kecuali rencana pertemuan Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping di Florida bulan depan, membuat investor kurang beringas dan memilih untuk mengambil nafas,” ujar Ibrahim seperti dikutip dari keterangan resmi yang diterima Bisnis, Rabu (27/2/2019). 

Selain itu, tingginya risiko perlambatan perekonomian global seperti yang terjadi di Eropa dan China, mendorong pelaku pasar untuk menjadikan dolar AS sebagai 'bunker' perlindungan. 

Rilis data pertumbuhan ekonomi Hong Kong pada kuartal IV/2018 tercatat 1,3% year-on-year, menjadi laju paling lemah sejak kuartal I/2016. Adapun, untuk keseluruhan 2018, ekonomi Hong Kong hanya tumbuh 3%, di bawah proyeksi pemerintah yang memperkirakan di angka 3,2%.  

Kemudian harga properti residensial di AS pada Desember 2018 telah turun 4,2% YoY, melambat dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang tumbuh 4,6% YoY sehingga menjadi laju paling lambat sejak November 2014.   

Pembangunan rumah baru AS pada Desember 2018 pun turun 11,2% dibandingkan dengan bulan sebelumnya menjadi 1,08 juta unit, menjadi angka terendah sejak September 2016.   

Oleh karena itu, Ibrahim menilai dolar AS masih menjadi instrument favorit pelaku pasar, meski tanpa dukungan kenaikan suku bunga acuan seperti tahun lalu. 

Berdasarkan data Bloomberg, pada perdagangan Senin (27/2/2019) pukul 17.15 WIB, indeks dolar AS yang mengukur kekuatan greenback di hadapan mata uang mayor bergerak melepas tipis 0,04% menjadi 95,968. 

Walaupun demikian, The Fed telah membuka suara mengenai kemungkinan pemerintah gagal membayar utangnya saat Kongres tengah bergulat membahas kemungkinan menaikkan jumlah utang yang dapat dipikul pemerintah AS. 

Tercatat, per 12 Februari utang AS sudah mencapai US$22,15 triliun naik dibandingkan pekan sebelumnya yaitu US$21,90 triliun. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Finna U. Ulfah
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper