Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pound sterling Bertahan Meski Dibayangi Ketidakpastian Brexit

Pound sterling mampu bertahan di zona hijau meski ketidakpastian semakin terlihat seiring dengan Perdana Menteri Inggris Theresa May yang mempertimbangkan untuk menunda batas waktu Brexit, yang seharusnya jatuh pada 29 Maret 2019.
Pound sterling. /Reuters
Pound sterling. /Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Pound sterling mampu bertahan di zona hijau meski ketidakpastian semakin terlihat seiring dengan Perdana Menteri Inggris Theresa May yang mempertimbangkan untuk menunda batas waktu Brexit, yang seharusnya jatuh pada 29 Maret 2019.

Berdasarkan data Bloomberg, pada perdagangan Senin (26/2/2019) pukul 10.49 WIB, pound sterling bergerak menguat 0,33% atau naik 0,0043 menjadi US$1,3140 per pound sterling.

Research Analyst FXTM Lukman Otunuga mengatakan bahwa selain mempertimbangkan menunda batas waktu, Theresa May juga memutuskan untuk menunda voting parlementer mengenai kesepakatan Brexit yang seharusnya dijadwalkan Rabu (27/2/2019), tetapi diundur menjadi 12 Maret 2019.

“Keputusan Perdana Menteri Inggris Theresa May untuk menunda voting parlementer mengenai kesepakatan Brexit tersebut, tidak terlalu memengaruhi pound sterling,” ujar Lukman seperti dikutip dari keterangan resminya yang diterima Bisnis.com, Selasa (26/2/2019).

Adapun, peluang penundaan Brexit semakin besar setiap hari. Laporan Telegraph belum lama ini mengatakan bahwa Theresa May mempertimbangkan untuk menunda proses Brexit hingga 2 bulan ke depan. 

“Selama Inggris tidak hengkang dari Uni Eropa tanpa mencapai kesepakatan, poundsterling sepertinya akan terus bertahan di sekitar US$1,30-an per pound sterling di jangka pendek,” papar Lukman. 

Selain itu, Lukman mengatakan, politik tetap menjadi penggerak utama di pasar finansial, tapi jadwal pekan ini juga penuh dengan data ekonomi penting. 

Setelah data AS tidak berhasil mencapai ekspektasi penjualan ritel, barang tahan lama, penjualan rumah tersedia, dan beberapa data lain, data PDB kuartal keempat akan dirilis pada hari Kamis. 

Pasar memperkirakan pertumbuhan year on year melambat menjadi 2,4% dibandingkan dengan 3,4% pada kuartal sebelumnya. Walaupun demikian, mengingat sejumlah kejutan negatif di beberapa pekan terakhir, data PDB ini pun mungkin saja meleset.  Tolak ukur inflasi pilihan Federal Reserve, PCE, juga akan dirilis di hari Jumat bersama dengan data pendapatan perseorangan.  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Finna U. Ulfah
Editor : Riendy Astria
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper