Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pasar Masih Optimistis, Rupiah Kembali Sentuh Level Rp13.000-an

Rupiah membuka perdagangan hari ini dengan positif akibat optimisime pasar mengenai perundingan perdagangan antara Amerika Serikat dan China meningkatkan selera terhadap mata uang pasar berkembang.
Karyawati Bank Mandiri menghitung mata uang dolar AS dan rupiah di Jakarta, Selasa (12/2/2019)./Bisnis-Abdullah Azzam
Karyawati Bank Mandiri menghitung mata uang dolar AS dan rupiah di Jakarta, Selasa (12/2/2019)./Bisnis-Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA – Rupiah membuka perdagangan hari ini dengan positif akibat optimisime pasar mengenai perundingan perdagangan antara Amerika Serikat dan China meningkatkan selera terhadap mata uang pasar berkembang.

Berdasarkan data Bloomberg, pada perdagangan Selasa (26/2/2019) pukul 9.48 WIB, rupiah masih bergerak di zona hijau melanjutkan penguatannya dari perdagangan sebelumnya dengan naik 0,207% atau 29 poin menjadi Rp13.989 per dolar AS.

Research Analyst FXTM Lukman Otonga mengatakan bahwa perhatian investor kini akan tertuju pada rilis data pertumbuhan kredit Indonesia yang dapat memberi gambaran tentang perubahan total kredit dan sewa sepanjang Januari 2019.

“Walaupun data pertumbuhan kredit memengaruhi Rupiah dan Indeks Harga Saham Gabungan, namun faktor eksternal seperti perkembangan dagang dan masalah pertumbuhan global tetap memegang peran penting dalam valuasi Rupiah pekan ini,” ujar Lukman seperti dikutip dari keterangan resminya yang diterima Bisnis.com, Selasa (26/2/2019).

Seperti diketahui, Presiden AS Donald Trump mengatakan bahwa perundingan perdagangan antara dua negara ekonomi terbesar di dunia akhirnya mendapatkan perkembangan yang substansial.

Melalui akun twitter resminya, Presiden Trump setuju untuk memperpanjang tenggat 1 Maret untuk kenaikan tarif impor Tiongkok, sehingga ketegangan dagang tampaknya akan melonggar di jangka pendek yang berimbas pada kenaikan aset pasar berkembang, termasuk rupiah.

Adapun, Ketegangan dagang ini merugikan bagi kedua pihak dan juga dunia, terutama karena terjadi di saat siklus ekonomi mendekati puncaknya. 

Tiongkok ingin menghindari perlambatan ekonomi, sedangkan Presiden Trump ingin memenuhi salah satu janji kampanye untuk mengatasi defisit perdagangan. 

Untuk mendukung upayanya agar terpilih kembali, Trump harus menghindari memperlambat ekonomi AS sehingga perlu mengumumkan kesepakatan walaupun mungkin tidak sempurna.

Indeks dolar AS yang mengukur kekuatan greenback dihadapan mata uang mayor tercatat bergerak melemah 0,09% menjadi 96,330.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Finna U. Ulfah
Editor : Riendy Astria
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper