Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Ditutup Melemah, Dibebani Sentimen Eksternal

Rupiah ditutup melemah, masih di area konsolidasi akibat dibebani oleh sentimen eksternal yang menahan rupiah untuk menguat lebih jauh.
Karyawan memegang mata uang rupiah di gerai penukaran mata uang asing Ayu Masagung, Kwitang, Jakarta Pusat, Senin (28/1/2019)./ANTARA-Sigid Kurniawan
Karyawan memegang mata uang rupiah di gerai penukaran mata uang asing Ayu Masagung, Kwitang, Jakarta Pusat, Senin (28/1/2019)./ANTARA-Sigid Kurniawan

Bisnis.com, JAKARTA – Rupiah ditutup melemah, masih di area konsolidasi akibat dibebani oleh sentimen eksternal yang menahan rupiah untuk menguat lebih jauh. 

Berdasarkan data Bloomberg, pada penutupan perdagangan Kamis (21/2/2019), rupiah ditutup melemah 0,192% atau turun 27 poin menjadi Rp14.071 per dolar AS.  

Analis PT Asia Tradepoint Futures Deddy Yusuf Siregar mengatakan, pelemahan rupiah pada perdagangan kali ini masih dipengaruhi oleh sentimen eksternal sebagai faktor utama, seperti notulen FOMC Januari 2019 yang menjadi katalis positif dolar AS. 

“Meskipun masih akan terdapat langkah bersabar dari The Fed untuk tidak menaikkan suku bunga, tetapi di sisi lain ada perbedaan pendapat dari para pejabat FOMC yang mengindikasikan bahwa The Fed akan membuka ruang untuk menaikkan suku bunga ketika pertumbuhan ekonomi dan inflasi AS seperti yang diharapkan,” ujar Deddy kepada Bisnis, Kamis (21/2/2109). 

Selain itu, ketidakpastian Brexit diprediksi akan membawa perekonomian Inggris berada dalam ancaman pelemahan yang cukup tajam. Tingkat pertumbuhan PDB Australia yang turun menjadi 2,2% juga membantu dolar AS untuk kembali merangkak naik setelah melemah selama lima hari berturut-turut. 

Hal tersebut juga yang menambahkan daya tarik dolar AS sebagai aset investasi aman sehingga diserbu oleh para investor dibandingkan dengan aset mata uang lainnya. 

Deddy mengatakan bahwa keputusan Bank Indonesia yang menahan suku bunga acuan di level 6%, tidak memberikan dampak signifikan terhadap dolar AS. 

Walaupun demikian, dia menilai rupiah tidak akan jatuh terlalu dalam seperti tahun lalu karena pergerakannya kali ini cukup stabil didorong oleh kebijakan DNDF yang belum lama ini dikeluarkan oleh BI. 

Dalam jangka pendek, rupiah masih berpotensi untuk terdepresiasi akibat data ekonomi AS, yaitu Core Durable Goods Orders yang diprediksi juga akan menjadi katalis positif lainnya bagi dolar AS. 

Rupiah diprediksi akan bergerak di rentang Rp14.000 per dolar AS hingga Rp14.160 per dolar AS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Finna U. Ulfah
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper