Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bursa Asia Stabil Pascarilis Risalah Rapat The Fed

Bursa saham Asia bertahan stabil pada perdagangan pagi ini, Kamis (21/2/2019), setelah bank sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve mempertegas sikapnya untuk bersabar soal kenaikan suku bunga.
Bursa Asia MSCI/Reuters
Bursa Asia MSCI/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham Asia bertahan stabil pada perdagangan pagi ini, Kamis (21/2/2019), setelah bank sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve mempertegas sikapnya untuk bersabar soal kenaikan suku bunga.

Berdasarkan data Reuters, indeks MSCI Asia Pasific selain Jepang bergerak di kisaran level tertingginya dalam 4,5 bulan pada awal perdagangan hari ini.

Di sisi lain, bursa saham Australia turun tipis 0,1% dan indeks Nikkei Jepang turun 0,3% setelah berakhir di level tertingginya dalam dua bulan pada perdagangan sebelumnya.

Investor saat ini mencermati tanda-tanda progres dalam putaran terbaru perundingan perdagangan antara AS dan China, di tengah ekspektasi bahwa Presiden AS Donald Trump akan bertemu Presiden China Xi Jinping bulan depan guna mencapai kesepakatan.

Pada Selasa (19/2), Presiden AS Donald Trump mengatakan bahwa perundingan perdagangan dengan China telah berjalan baik. Trump pun mengisyaratkan terbuka untuk menunda tenggat waktu menyelesaikan perundingan yang ditetapkan pada 1 Maret.

"Kita akan melihat pasar Asia mulai naik tetapi kita membutuhkan katalis lain untuk mendorong penguatan,” ujar Nick Twidale, chief operating officer di Rakuten Securities Australia, Sydney.

"Kita telah mendengar risalah rapat The Fed. Ada risiko peristiwa besar bagi banyak (pelaku) pasar. Risiko tersebut sebagian besar muncul sejalan dengan apa yang dipikirkan pasar,” lanjutnya.

Di bursa Wall Street AS, tiga indeks saham utamanya berakhir di wilayah positif pada perdagangan Rabu (20/2) setelah risalah pertemuan kebijakan The Fed tanggal 29-30 Januari menunjukkan para pembuat kebijakan melihat sedikit risiko untuk menahan suku bunga saat ini.

”Penghalang untuk memulai kembali kenaikan suku bunga dalam waktu dekat tampaknya cukup tinggi. Beberapa pembuat kebijakan berpendapat bahwa kenaikan suku bunga akan diperlukan hanya jika angka inflasi lebih tinggi daripada perkiraan awal,” ujar Paul Ashworth, kepala ekonom AS di Capital Economics.

“The Fed kini diperkirakan akan mempertahankan suku bunganya sepanjang tahun ini, sebelum kemerosotan lebih lanjut dalam pertumbuhan ekonomi memaksa mereka untuk memangkas suku bunga dengan total 75 basis poin pada tahun 2020,” tambahnya.

Dalam risalah rapat yang dirilis Rabu (20/2), The Fed mengisyaratkan akan segera menjabarkan rencana untuk menghentikan pelepasan obligasi dan aset lainnya senilai US$4 triliun.

Kendati demikian, di sisi lain, para pembuat kebijakan masih memperdebatkan berapa lama sikap "sabar" yang baru diadopsi mengenai kebijakan suku bunga AS akan bertahan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper