Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bursa Asia Bergerak di Kisaran Level Tertinggi Empat Bulan

Bursa saham Asia bergerak di kisaran level tertingginya dalam empat bulan pada perdagangan pagi ini, Selasa (19/2/2019), didukung harapan progres positif dari perundingan perdagangan Amerika Serikat (AS) dan China serta ekspektasi stimulus kebijakan bank sentral.
bursa asia
bursa asia

Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham Asia bergerak di kisaran level tertingginya dalam empat bulan pada perdagangan pagi ini, Selasa (19/2/2019), didukung harapan progres positif dari perundingan perdagangan Amerika Serikat (AS) dan China serta ekspektasi stimulus kebijakan bank sentral.

Berdasarkan data Reuters, indeks MSCI Asia Pasific selain Jepang bertahan di kisaran level tersebut yang mampu dibukukan pada perdagangan sebelumnya.

Meski pasar kurang arah dengan ditutupnya aktivitas perdagangan di AS karena libur, secara keseluruhan sentimen masih menguat setelah indeks Stoxx 600 Eropa menyentuh level tertingginya dalam empat bulan.

Bursa saham Eropa berakhir di level tertingginya dalam empat bulan terakhir pada perdagangan Senin (18/2) menyusul ekspektasi kemajuan dalam perundingan perdagangan AS-China.

Indeks Stoxx Europe 600 ditutup menguat 0,23% atau 0,84 poin ke level 369,78, level tertinggi sejak 10 Oktober, setelah bergerak pada kisaran level 368,66-370,14.

Laporan kemajuan dalam perundingan perdagangan antara AS dan China telah mendorong investor sedikit optimistis bahwa kedua negara dapat mencapai kompromi untuk menghindari kenaikan tarif pada 1 Maret.

Presiden AS Donald Trump pekan lalu mengatakan bahwa dia bisa saja memperpanjang tenggat waktu 1 Maret yang ditetapkan untuk mengenakan kenaikan tarif langsung atas impor China senilai US$200 miliar menjadi 25% dari 10%.

Mencerminkan perubahan sentimen tersebut, bursa saham China telah meningkat pesat bulan ini. Indeks saham China A MSCI naik 6,5%, sejauh ini merupakan kinerja terbaik di antara pasar utama.

Selain itu, investor kini terlihat kembali memasuki pasar aset berisiko setelah Federal Reserve AS mengisyaratkan dapat menghentikan kenaikan suku bunga karena pelemahan ekonomi AS.

"Dimulai dengan The Fed, bank sentral dunia tidak lagi condong ke arah pengetatan. Sikap The Fed yang berbalik membendung kekuatan dolar AS dan memungkinkan bank sentral di pasar negara berkembang untuk mencari kebijakan moneter yang juga longgar,” jelas Shuji Shirota, kepala strategi ekonomi makro di HSBC Securities.

“Ekonomi global tidak harus dalam kondisi kuat saat ini tetapi kita berada dalam lingkungan 'mini-goldilocks'," lanjutnya, merujuk pada kondisi pasar yang berkinerja cukup baik untuk menghindari penurunan.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper