Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Batu Bara Dapat Memanas pada Tahun ini, Asalkan...

Harga batu bara diproyeksikan memanas pada tahun ini, jika skenario perundingan dagang antara Amerika Serikat dan China berjalan mulus.
Aktivitas bongkar muat batu bara di salah satu tempat penampungan di Balikpapan, Kalimantan Timur, Rabu (3/10/2018)./ANTARA-Irwansyah Putra
Aktivitas bongkar muat batu bara di salah satu tempat penampungan di Balikpapan, Kalimantan Timur, Rabu (3/10/2018)./ANTARA-Irwansyah Putra

Bisnis.com, JAKARTA – Harga batu bara diproyeksikan memanas pada tahun ini, jika skenario perundingan dagang antara Amerika Serikat dan China berjalan mulus.

Analis Asia Trade Point Futures Deddy Yusuf Siregar mengatakan, perundingan itu akan menjadi sinyal positif bagi harga batu bara dunia. Harga batu bara yang saat ini berada pada level US$90 per metrik ton akan bertahan jika kedua negara itu betul-betul berdamai.

“Saya melihat meningkatknya optimisme dagang, membuat harga US$90 [per metrik ton] menjadi alat dukung cukup kuat. Area US$90 akan menjadi area suport pada kuartal I tahun ini,” katanya saat dihubungi oleh Bisnis.com, Senin (18/2/2019).

Bahkan, Deddy menilai, harga tersebut bisa makin menguat sampai menyentuh level US$100-150 per metrik ton pada akhir tahun ini.

Ada sejumlah dampak positif yang muncul jika AS dan China kembali mesra. Menurut Deddy, hal tersebut berpeluang akan membangkitkan permintaan batu bara. Terutama dari China, sebagai salah satu importir batu bara terbesar di dunia. Pemulihan itu bakal membawa dampak pada meningkatnya permintaan komoditas tersebut.

Bahkan, Deddy meyakini kendati pasokan batu bara dari produsen seperti Australia dan Indonesia melimpah, akan terserap oleh permintaan dari negara importir besar seperti China. “Diharapkan dengan pulihnya sengketa dagang akan meningkatkan permintaan [batu bara] dari China,” katanya.

Sebaliknya jika skenario terburuk terjadi, yaitu China dan AS gagal menggapai kata sepakat,  harga komoditas ini berpotensi  terjun ke level terendahnya di bawah US$90 per metrik ton. “Misalnya harga terendah batu bara sempat [terjadi] pada April 2018 di level US$82 per metrik ton. Artinya kalau sengketa belum ada titik temu, bukan tak mungkin menyentuh level tersebut. Sebab kalau dilihat dari grafi, ada potensi juga batu bara alami tekanan,” katanya.  

Tensi sengketa dagang kedua negara itu belakangan mulai mereda, setelah Presiden AS Donald Trump membuka kemungkinan memperpanjang gencatan, melebihi waktu yang ditentukan yaitu, 1 Maret 2019. Kedua belah pihak tersebut kini tengah melakukan perundingan dagang untuk menemukan solusi dari sengketa tersebut. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dika Irawan
Editor : Riendy Astria
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper