Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Batu Bara Masih Belum Membara

Sejak awal tahun ini, harga batu bara di ICE Newcastle, Australia, kontrak teraktif Maret 2019 belum beranjak dari zona merah.
Aktivitas bongkar muat batu bara di salah satu tempat penampungan di Balikpapan, Kalimantan Timur, Rabu (3/10/2018)./ANTARA-Irwansyah Putra
Aktivitas bongkar muat batu bara di salah satu tempat penampungan di Balikpapan, Kalimantan Timur, Rabu (3/10/2018)./ANTARA-Irwansyah Putra

Bisnis.com, JAKARTA – Sejak awal tahun ini, harga batu bara di ICE Newcastle, Australia, kontrak teraktif Maret 2019 belum beranjak dari zona merah.

Berdasarkan data Bloomberg, pada penutupan perdagangan Jumat (15/2/2019) pekan lalu, harga komoditas ini menguat 0,94% atau 0,85 poin pada level US$91,75 per metrik ton.

Sementara itu, sehari sebelumnya, harga komoditas andalan Indonesia ini melemah 2,42% atau 2,25 poin pada level US$90,90 per metrik ton. Begitu pula jika dilihat dari awal tahun, harga komoditas ini sudah anjlok 8,16%.

Di sudut lain, harga batu bara di ICE Rotterdam untuk kontrak Maret 2019 juga tak mentereng. Meski pada penutupan perdagangan pekan lalu, harga komoditas ini ditutup menguat tipis 1,67% atau 1,30 poin di level US$79,30 per metrik ton, tetapi sedari awal tahun telah loyo 8,54%.

Michelle Leung analis Bloomberg Intelligence mengatakan, harga batu bara Australia berpeluang melempem hingga 2020 di tengah meningkatnya pasokan lokal dan prospek permintaan China serta Jepang yang suram.

“Situasi kelebihan pasokan bisa serupa dengan [kejadian pada] 2015-2016 dan munkgin mendorong harga jatuh pada kisaran US$60 per ton pada tahun ini, serta US$50 per ton pada 2020,” katanya dilansir dari Bloomberg, Senin (18/2/2019).

Dia melanjutkan, pasokan batu bara lokal Australia diperkirakan meningkat pada tahun ini, sebagian besar datang dari produsen domestik MACH Energy dan U&D Coal. Peningkatan ini juga didukung oleh pasokan dari produsen batu bara Henan Shenhuo & Energy, China dan Whitehaven Coal, Australia pada 2020 dan 2021. Hal ini pun diproyeksikan bakal menambah tekanan pada harga batu bara.

“Sebagian besar tambang batu bara di Shanxi, provinsi penghasil batu bara terbesar kedua di China, akan kembali beroperasi dalam beberapa hari mendatang setelah Tahun Baru Imlek, meningkatkan pasokan lokal dan mengurangi permintaan impor,” katanya.

Michelle menambahkan, China dan Jepang masing-masing menyumbang sekitar 24% dan 39% dari ekspor batu bara termal 2018.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dika Irawan
Editor : Riendy Astria
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper