Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Target Eropa Menggunakan Sawit 100% Berkelanjutan Terancam Gagal

Para pakar lingkungan memperingatkan konsumen minyak kelapa sawit terbesar kedua di dunia, yaitu Eropa akan kehilangan target menggunakan pasokan minyak nabati 100% berkelanjutan dalam bahan makanan.
Petani memindahkan kelapa sawit hasil panen ke atas truk di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, Rabu (4/4/2018)./JIBI-Rachman
Petani memindahkan kelapa sawit hasil panen ke atas truk di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, Rabu (4/4/2018)./JIBI-Rachman

Bisnis.com, JAKARTA – Para pakar lingkungan memperingatkan konsumen minyak kelapa sawit terbesar kedua di dunia, yaitu Eropa akan kehilangan target menggunakan pasokan minyak nabati 100% berkelanjutan dalam bahan makanan.

Sebagai informasi, pada 2020 mendatang, Eropa menargetkan untuk menggunakan sawit 100% tersertifikasi berkelanjutan. Target tersebut didukung sekitar 10 negara dan perusahaan-perusahaan besar.

Menurut laporan The Sustainable Trade Initiative (IDH) yang dirilis Januari, dikutip dari Reuters, Senin (18/2/2019), kurangnya kesadaran dan debat publik tentang industri minyak sawit telah membuat negara-negara seperti Italia, Spanyol dan Polandia tertinggal dari tetangga mereka soal pembelian minyak sawit hijau.

"Negara-negara di Eropa barat laut memimpin paket [kebijakan tersebut]. Sementara negara lainnya baru saja mulai," kata Daan Wensing, seorang direktur di IDH, sebuah organisasi nirlaba yang berbasis di Belanda.

Selain kurangnya tindakan pemerintah untuk memaksa konsumen membeli minyak kelapa sawit berkelanjutan, Wensing mengatakan perusahaan katering Eropa dan perusahaan pakan ternak tidak berada dalam tekanan untuk memperoleh pasokan yang lebih ramah lingkungan tersebut.

“Industri yang terkait dengan konsumen telah meningkatkan [penggunaan kelapa sawit berkelanjutan], tetapi sektor-sektor seperti layanan kantin kantin belum benar-benar menjalankannya,” katanya kepada Thomson Reuters Foundation.

Sebagai minyak nabati yang paling banyak digunakan di dunia, minyak kelapa sawit ditemukan dalam segala hal mulai dari margarin, biskuit, sabun, hingga bio dan sabun hingga sup, serta dalam biofuel.

Namun, dalam beberapa tahun terakhir, industri ini mendapat sorotan tajam dari para aktivis dan konsumen hijau. Mereka menganggap industri tersebut telah merusak lingkungan lantaran penebangan hutan, menyebabkan kebekaran, dan eksploitasi para pekerja.

Sebagai tanggapannya, sekitar 10 pemerintahan Eropa - termasuk Prancis, Belanda dan Inggris - dan perusahaan pembeli minyak kelapa sawit seperti Nestle, Mondelez, PepsiCo, dan Unilever berjanji untuk membeli hanya minyak sawit berkelanjutan pada 2020.

Uni Eropa juga telah menyetujui undang-undang untuk menghapus biofuel berbasis minyak kelapa sawit pada 2030. Persoalan yang menyebabkan kemarahan di negara-negara produsen utama, yaitu Indonesia dan Malaysia.

Tetapi dengan sisa waktu kurang dari 2 tahun hingga akhir 2020, hanya 74% minyak sawit yang dibeli oleh industri makanan Eropa disertifikasi sebagai berkelanjutan. Demikian menurut laporan IDH.

"Untuk memenuhi target 100% pada 2020 akan sangat sulit karena sekarang kita pindah ke pasar-pasar ini yang tidak memiliki tekanan atau kesadaran konsumen," kata Wensing. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dika Irawan
Editor : Riendy Astria
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper