Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Defisit Dagang Melebar, IHSG Pekan Depan Masih Berisiko Tertekan

Rilis data neraca perdagangan yang mengalami defisit pada Januari 2019 menjadi pemberat bagi pergerakan rupiah yang seterusnya turut menekan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada akhir pekan ini.
Pengunjung beraktivitas di dekat monitor pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Jakarta, Rabu (13/2/2019)./Bisnis-Felix Jody Kinarwan
Pengunjung beraktivitas di dekat monitor pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Jakarta, Rabu (13/2/2019)./Bisnis-Felix Jody Kinarwan

Bisnis.com, JAKARTA—Rilis data neraca perdagangan yang mengalami defisit pada Januari 2019 menjadi pemberat bagi pergerakan rupiah yang seterusnya turut menekan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada akhir pekan ini dan masih berisiko melemah pada pekan depan.

IHSG terpantau melemah 0,48% ke level 6.389 pada penutupan perdagangan Jumat (15/2/2019). 

Adapun hanya sektor pertanian yang bergerak di zona hijau pada akhir perdagangan hari ini, yang tumbuh 0,38%. Sementara itu, 8 sektor lainnya bergerak di zona merah dipimpin oleh sektor industri dasar dan tambang yang masing-masing turun 1,61% dan 0,81%.

Head of Research Institusi MNC Sekuritas, Thendra Crisnanda menyampaikan pelemahan IHSG tersebut masih dipengaruhi kombinasi faktor eksternal dan domestik.

“Dari domestik, beberapa data yang berkaitan dengan daya beli dan defisit neraca perdagangan menjadi faktor dominan untuk kembali melemahnya nilai tukar rupiah ke level Rp14.200,” ujarnya kepada Bisnis, Jumat (15/2/2019).

Adapun, Badan Pusat Statistik merilis data neraca perdagangan yang menunjukkan pelebaran defisit sebesar 5,45% ke level US$1,16 miliar pada Januari dibandingkan bulan sebelumnya, atau lebih besar dari yang diperkirakan sebesar US$0,97 miliar.

Sementara itu, dari eksternal, penjualan ritel di AS pada Desember 2018 yang mengalami kontraksi sebesar 1,2% dibandingkan bulan sebelumnya serta ketidakpastian perkembangan hubungan dagang AS—China juga menjadi isu negatif di pasar saham global.

“Kombinasi sentimen negatif tersebut mendorong terjadinya outflow di pasar saham domestik yang mencapai Rp3,3 triliun dalam periode satu pekan terakhir,” imbuh Thendra.

MNC Sekuritas pun memperkirakan IHSG masih berpotensi melemah ke kisaran 6.200—6.350 pada pekan depan. Namun demikian, penurunan tersebut dinilai wajar karena IHSG telah reli signifikan pada Januari sebesar 5% MoM.

Di sisi lain, Analis Binaartha Sekuritas M. Nafan Aji Gusta Utama memperkirakan IHSG berpeluang menguat pada awal perdagangan pekan depan.

Secara teknikal, MACD telah membentuk pola dead cross di area positif. Meskipun demikian, selama indikator stochastic dan RSI sudah menunjukkan oversold, maka peluang terjadinya rebound pada pergerakan IHSG terbuka lebar.

“Meredanya sentimen perang dagang antara AS dengan Tiongkok pasca hasil pertemuan negosiasi perdagangan yang positif di Beijing akan memberikan katalis positif bagi indeks,” ujar Nafan.

Nafan merekomendasikan saham BBCA, BBRI, BMRI, INDY, ITMG, dan PPRO untuk dicermati. Sementara Thendra merekomendasikan buy on weakness pada saham-saham yang berfundamental baik a.l. ASII, BBCA, EXCL, INCO, HOKI, dan AGRO. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dwi Nicken Tari
Editor : Fajar Sidik
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper