Bisnis.com, JAKARTA – Harga batu bara berhasil rebound dari pelemahan empat hari berturut-turut pada akhir perdagangan perdagangan kemarin, Rabu (13/2/2019).
Berdasarkan data Bloomberg, harga batu bara di bursa ICE Newcastle untuk kontrak April 2019 rebound dengan penguatan 0,15 poin atau 0,16% dan ditutup di level US$92,90 per metrik ton dari level penutupan perdagangan sebelumnya.
Pada perdagangan Selasa (11/2), harga batu bara kontrak April 2019 ditutup melemah 0,9 poin atau 0,96% di level US$92,75 per metrik ton.
Sementara itu, harga batu bara di bursa ICE Rotterdam untuk kontrak teraktif Januari 2020 ikut ditutup rebound 2,58% atau 2 poin di posisi 79,45 pada Rabu (13/2).
Sejalan dengan harga batu bara, minyak mentah menguat pada perdagangan hari kedua berturut-turut, didorong sentimen berkurangnya pengiriman dari dua eksportir minyak mentah terbesar di dunia yang melampaui kenaikan pasokan minyak Amerika Serikat (AS).
Berdasarkan data Bloomberg, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak Maret 2019 ditutup menguat 80 sen di level US$53,90 per barel di New York Mercantile Exchange, level penutupan tertingginya sejak 6 Februari.
Adapun harga minyak Brent untuk pengiriman April 2019 berakhir menguat US$1,19 sen di level US$63,61 per barel di ICE Futures Europe exchange London. Acuan minyak mentah global ini diperdagangkan di level US$9,30 premium terhadap WTI.
Minyak reli setelah badan energi International Energy Agency (IEA) memperingatkan bahwa pergolakan di Venezuela dapat mengganggu aliran minyak mentah global. Pada saat yang sama, Arab Saudi menyatakan akan memperpanjang pemangkasan produksinya.
Sementara itu, laporan Departemen Energi AS menunjukkan jumlah persediaan minyak domestik yang lebih tinggi dari perkiraan dan anjloknya impor.
Persediaan minyak meningkat 3,63 juta barel, sedangkan persediaan bensin, minyak pemanas dan bahan bakar lainnya bertambah sekitar 3 juta barel lebih, menurut data mingguan yang dirilis Energy Information Administration (EIA).
Namun total impor minyak mentah mencapai titik terendahnya sejak 1997, dibatasi oleh langkah Arab Saudi untuk mengurangi pasokan dan sanksi Amerika yang telah menyebabkan kondisi serupa pada Venezuela.
“Peningkatan persediaan agak mengejutkan,” kata Phil Streible, pakar strategi pasar senior di RJO Futures, Chicago. “Namun data impor jauh lebih rendah dari yang diharapkan. Jadi akhirnya, kita akan menghilangkan sebagian dari kelebihan itu.”
Pergerakan harga batu bara kontrak April 2019 di bursa Newcastle
Tanggal | US$/MT |
13 Februari | 92,90 (+0,16%) |
12 Februari | 92,75 (-0,96%) |
11 Februari | 93,65 (-0,64%) |
8 Februari | 94,25 (-1,46% |
7 Februari | 95,65 (-2,2%) |
Sumber: Bloomberg
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel