Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bank Commonwealth Masih Rekomendasikan Reksa Dana Saham Tahun Ini

Bank Commonwealth masih merekomendasikan reksa dana saham sebagai pilihan investasi jangka panjang dengan imbal hasil yang lebih optimal dibandingkan dengan reksa dana lainnya. 
Head of Wealth Management & Client Growth Bank Commonwealth Ivan Jaya (kanan) berbincang dengan Executive Director Charta Politika Yunarto Wijaya (kiri), dan CEO Schroders Indonesia Michael Tjoajadi saat peluncuran aplikasi CommBank SmartWealth, di Jakarta, Kamis (17/1/2019)./Bisnis-Dedi Gunawan
Head of Wealth Management & Client Growth Bank Commonwealth Ivan Jaya (kanan) berbincang dengan Executive Director Charta Politika Yunarto Wijaya (kiri), dan CEO Schroders Indonesia Michael Tjoajadi saat peluncuran aplikasi CommBank SmartWealth, di Jakarta, Kamis (17/1/2019)./Bisnis-Dedi Gunawan

Bisnis.com, JAKARTA — Bank Commonwealth masih merekomendasikan reksa dana saham sebagai pilihan investasi jangka panjang dengan imbal hasil yang lebih optimal dibandingkan dengan reksa dana lainnya. 

Head of Wealth Management & Client Growth Bank Commonwealth Ivan Jaya menyampaikan, pertumbuhan ekonomi Indonesia diprediksi masih positif pada rentang 5,0%—5,4% sepanjang tahun ini kendati pertumbuhan ekonomi global diperkirakan melambat.

“[Pertumbuhan PDB Indonesia] pada 2019 ditopang oleh daya beli konsumen yang terjaga dan dampak positif persiapan pemilu,” katanya melalui keterangan pers, Kamis (14/2/2019).

Adapun, pertumbuhan ekonomi yang positif umumnya berdampak positif terhadap pertumbuhan pasar saham. Pada bulan lalu, kondisi pasar investasi telah menunjukkan perbaikan mengarah ke sisi positif yang ditopang berkurangnya sentimen pemberat dari sisi eksternal.

Berkurangnya tensi dagang antara AS dan China pada awal tahun dan nada Bank Sentral AS (Federal Reserve) yang dovish telah setidaknya meredakan ketegangan terkait ketidakpastian pasar keuangan global selama tahun 2018. 

Selain itu, kondisi fundamental perekonomian dalam negeri dan perkembangan politik yang kondusif turut menjadi katalis positif bagi pasar modal. Oleh karena itu, Ivan menambahkan, untuk nasabah dengan profil pengambil risiko masih dapat mempertahankan alokasi saham sebesar 70% di dalam portofolio.

Lebih lanjut, prediksi mengenai perlambatan pertumbuhan ekonomi global pada 2019 justru cenderung menjadi sentimen yang cukup baik bagi pasar negara berkembang (emerging market).  Pasalnya, pertumbuhan emerging market diperkirakan akan tetap stabil dan bahkan membaik walaupun pertumbuhan negara maju diprediksi melambat. 

“Indonesia sebagai salah satu negara emerging market dengan fundamental yang kuat memberikan tingkat return dan risiko yang menarik untuk menjadi tujuan investasi para investor asing,” tulis Ivan.

Adapun masuknya investor asing ke pasar modal Indonesia sudah terlihat dari total dana asing yang tercatat net buy sebesar Rp11,31 triliun di sepanjang Januari dan mata uang rupiah berhasil menguat terhadap dolar AS sebesar 2,88%. 

Selajutnya, iklim investasi pada bulan Februari 2019 dinilai masih akan fokus pada kelanjutan perundingan dagang antara Amerika Serikat dan China yang akan mencapai tenggat waktu pada 1 Maret 2019. Selain itu, investor juga akan mencermati perkembangan dari Brexit di Eropa dan hasil laporan keuangan perusahaan tahunan yang mulai dirilis Februari 2019. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dwi Nicken Tari
Editor : Riendy Astria
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper