Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sentimen Saudi & Trump Panaskan Harga Minyak

Harga minyak mentah berhasil rebound dari pelemahannya dan berakhir menguat pada perdagangan Selasa (12/2/2019), setelah Arab Saudi berjanji untuk memperdalam pengurangan produksi
Minyak WTI/Reuters
Minyak WTI/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak mentah berhasil rebound dari pelemahannya dan berakhir menguat pada perdagangan Selasa (12/2/2019), setelah Arab Saudi berjanji untuk memperdalam pengurangan produksi.  Penguatan juga dipicu pernyataan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengatakan dapat memperpanjang batas waktu pengenaan tarif baru untuk barang-barang China.

Berdasarkan data Bloomberg, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak Maret 2019 ditutup menguat 69 sen di level US$53,10 per barel di New York Mercantile Exchange.

Adapun harga minyak Brent untuk pengiriman April 2019 berakhir menguat 91 sen di level US$62,42 per barel di ICE Futures Europe exchange London.

Menteri Energi Arab Saudi Khalid Al-Falih mengatakan kepada Financial Times bahwa Saudi akan terus menahan produksi lebih dalam dari yang ditentukan oleh kesepakatan OPEC pada Desember.

Menurut Al-Falih, Arab Saudi akan memompa sekitar 9,8 juta barel per hari bulan depan, lebih rendah dari batas yang disepakati dalam perjanjian OPEC pada Desember.

“Menteri Energi Arab Saudi telah menyuntikkan dosis kuat dorongan bullish untuk energi,” ujar analis di PVM Oil Associates Ltd. dalam sebuah riset, sebagaimana dikutip Bloomberg.

Perkembangan di Washington, sementara itu, menunjukkan adanya kemajuan perihal dua isu penting yang telah memengaruhi ekonomi global selama beberapa bulan terakhir.

Pada Selasa (12/2) Trump mengatakan dia terbuka soal menunda batas waktu 1 Maret yang ditetapkan untuk meningkatkan tarif pada produk-produk asal China jika perundingan perdagangan antara kedua negara membuat progres.

Trump juga mengatakan dapat saja menandatangani kesepakatan yang telah dirumuskan kongres AS tentang keamanan perbatasan AS-Meksiko serta menghindari penutupan pemerintah (government shutdown) meskipun tidak puas dengan kesepakatan itu.

Reli penguatan harga minyak mentah yang mampu dibukukan pada Januari sebelumnya gagal berlanjut pada Februari akibat tertekan kekhawatiran bahwa AS dan China tidak akan bisa meredakan ketegangan mereka soal perdagangan.

Penguatan dolar AS juga telah mengikis daya tarik harga komoditas yang diperdagangkan dalam mata uang ini. Pergerakan harga telah menunjukkan minimnya respons atas upaya pengurangan output yang disepakati oleh Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan aliansinya pada Desember.

Sentimen bullish lainnya untuk minyak datang pada Selasa setelah data American Petroleum Institute (API) menunjukkan penurunan persediaan minyak sebesar hampir 1 juta barel pekan lalu, menurut sumber terkait.

Ini akan menjadi penurunan pertama dalam sebulan, jika penurunannya juga dikonfirmasikan statistik resmi pada hari Rabu oleh badan energi AS Energy Information Administration (EIA).

Menyusul laporan API, harga minyak WTI pun lanjut naik ke level US$53,33 pada pukul 4.52 sore waktu setempat, sedangkan harga minyak Brent naik ke level US$62,58 per barel.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper