Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Indeks Reksa Dana Pendapatan Tetap Bakal Positif Hingga Akhir Tahun

Kinerja indeks reksa dana pendapatan tetap diprediksi terus positif hingga akhir tahun ini seiring dengan membaiknya pasar obligasi dalam negeri.
Dewan Asosiasi Pelaku Reksa Dana dan Investasi Indonesia bersama dengan Asosiasi Bank Agen Penjual Efek Reksa Dana meluncurkan Program National Campaign Reksa Dana 2019 di Jakarta, Selasa (22/1/2019)./Bisnis/Muhammad Ridwan
Dewan Asosiasi Pelaku Reksa Dana dan Investasi Indonesia bersama dengan Asosiasi Bank Agen Penjual Efek Reksa Dana meluncurkan Program National Campaign Reksa Dana 2019 di Jakarta, Selasa (22/1/2019)./Bisnis/Muhammad Ridwan

Bisnis.com, JAKARTA— Kinerja indeks reksa dana pendapatan tetap diprediksi terus positif hingga akhir tahun ini seiring dengan membaiknya pasar obligasi dalam negeri.

Berdasarkan data Infovesta Utama, kinerja indeks reksa dana pendapatan tetap sepanjang tahun berjalan 2019 (per 8 Februari) tercatat 1,54%. Meski masih lebih rendah dibandingkan dengan return yang ditorehkan oleh reksa dana saham dan campuran yang masing-masing tercatat 3,14% dan 3,25%, indeks reksa dana pendapatan tetap menjadi satu-satunya yang berhasil outperform dari indeks acuannya.

Indeks acuan reksa dana pendapatan tetap yang berupa 50% IGBI (Infovesta Government Bond Index) + 50% ICBI (Infovesta Corporate Bond Index) tercatat 1,10% pada periode yang sama.

Adapun, kinerja indeks reksa dana pendapatan tetap sepanjang Februari 2019 tercatat 0,55% atau yang tertinggi di antara indeks reksa dana lainnya. Bahkan, reksa dana campuran dan saham mencatatkan kinerja negatif sepanjang Februari 2019.

Kepala Riset Infovesta Utama Wawan Hendrayana mengungkapkan bahwa positifnya indeks reksa dana pendapatan tetap ditopang oleh kondisi pasar obligasi yang mulai membaik seiring dengan meredanya tekanan dari kenaikan suku bunga. 

“Pada tahun ini, kekhawatiran suku bunga naik sudah sangat kecil. Hal itu membuat optimisme di pasar obligasi dan investor asing sudah kembali masuk ke surat utang negara (SUN),” katanya saat dihubungi Bisnis.com, Selasa (12/2).

Adapun, pada tahun lalu, kondisi pasar obligasi memang tertekan karena Bank Sentral AS (Federal Reserve) melakukan pengetatan moneter dengan menaikkan suku bunga acuan sebanyak 4 kali. Hal itu pun membuat indeks dolar AS menguat di hadapan sejumlah mata uang lainnya, termasuk rupiah.

Untuk menjaga stabilitas nilai tukar, Bank Indonesia (BI) pun turut menaikkan suku bunga sebanyak 6 kali hingga ke level 6%. Oleh karena itu, perkiraan bahwa The Fed tidak akan terlalu agresif menaikkan suku bunga pada tahun ini membawa angin segar untuk pasar obligasi domestik.

Pasalnya, BI tidak akan terlalu terdorong untuk menaikkan suku bunga karena level inflasi masih terjaga pada level 2,82%.

Wawan menilai, kinerja reksa dana yang berbasis obligasi masih akan terus mencatatkan kinerja positif kendati The Fed tetap menaikkan suku bunga pada rentang 25—50 bps. “Saat ini saja SUN tenor 10 tahun memiliki yield  7%—8%. Jadi, kalaupun ada kenaikan sampai dengan 2 kali [dari The Fed], saya memperkirakan yield SUN masih bisa di sekitar 5—6%. Masih positif,” imbuhnya.

Lebih lanjut, Wawan memperkirakan bahwa kinerja indeks reksa dana pendapatan tetap dapat melampaui kinerja indeks reksa dana saham apabila BI menurunkan suku bunga. Dia menjelaskan, hal itu pernah terjadi beberapa tahun lalu ketika suku bunga diturunkan. Ketika itu, indeks reksa dana pendapatan tetap melonjak hingga di atas 10%.

Namun demikian, kendati kemungkinan BI untuk menaikkan suku bunga sangat minim, peluang BI untuk menurunkan suku bunga juga tak terlalu besar.

Direktur Panin Asset Management Rudiyanto mengutarakan bahwa perubahan pernyataan dari The Fed tidak serta-merta dapat membuka peluang bagi BI untuk menurunkan suku bunga dalam waktu dekat.

“Kalau [The Fed] mulai menahan kenaikan suku bunga dan menurunkan, mungkin BI juga bisa ikut turun,” tuturnya.

Dia memperkirakan,  kemungkinan besar The Fed dapat menurunkan suku bunga pada akhir 2019 atau awal 2020.  Dengan banyaknya sentimen positif, dia menilai bahwa tahun ini akan menjadi tahun bullish untuk pasar obligasi Indonesia.

“Sehingga kinerja reksa dana pendapatan tetap dan reksa dana saham pada tahun ini dapat menguat beriringan karena sama-sama mendapat sentimen positif,” katanya.

Hal senada juga diungkapkan oleh Executive Vice President Intermediary Business Schroders Indonesia Bonny Iriawan. Menurutnya,  berkurangnya tekanan dari eksternal turut menjadi katalis positif bagi pasar obligasi.  “Secara teoritis, kalau ke depannya arah inflasi relatif rendah, tentunya kemungkinan suku bunga juga akan rendah karena BI tidak harus menaikkan suku bunga,” ujarnya.

Dengan kecenderungan BI tidak akan menaikkan suku bunga, Bonny menambahkan, investor pun akan banyak yang masuk ke obligasi bertenor panjang. "Kalau dilihat seri-seri yang reli itu lebih ke yang jangka panjang ketimbang jangka pendek," imbuhnya.

 
 
 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dwi Nicken Tari
Editor : Riendy Astria

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper