Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Gara-gara AS, Harga Minyak Tertekan

Harga minyak global kembali tertekan menyusul meningkatnya aktivitas pengeboran Amerika Serikat serta kebakaran kilang di negara bagian Illinois.
Harga minyak mentah Indonesia turun./JIBI
Harga minyak mentah Indonesia turun./JIBI

Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak global kembali tertekan menyusul meningkatnya aktivitas pengeboran Amerika Serikat serta kebakaran kilang di negara bagian Illinois.

Pekan lalu, berdasarkan laporan mingguan oleh Baker Hughes, perusahaan-perusahaan energi di As meningkatkan jumlah rig minyak yang beroperasi untuk kedua kalinya dalam tiga minggu. Demikian dikutip dari Reuters, Senin (11/2/2019).

Perusahaan menambahkan tujuh rig minyak dalam seminggu hingga 8 Februari. Hasilnya jumlahnya menjadi 854 rig. Hal ini menunjukan ke kenaikan lebih lanjut dalam produksi minyak mentah AS, yang sudah mencapai rekor 11,9 juta barel per hari.

Selain itu, harga minyak WTI juga tertekan oleh penutupan 120.000 barel per hari (bpd) unit penyulingan minyak mentah di kilang Phillips 66's Wood River, Illinois, menyusul kebakaran pada Minggu.

Di tempat lain, kepala raksasa minyak Rusia Rosneft, Igor Sechin, telah menulis surat kepada Presiden Rusia Vladimir Putin. Perihal kekhawatirannya terhadap kesepakatan Moskow dengan Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC). Menurutnya kesepakatan itu ancaman strategis dan justru membantu Amerika Serikat.

Sementara itu sanksi AS terhadap perusahaan minyak Venezuela PDVSA diharapkan dapat mencegah harga minyak mentah jatuh lebih jauh.

“Masalah di Venezuela terus mendukung harga [minyak]. Laporan muncul bahwa PDVSA berusaha keras untuk mengamankan pasar baru untuk minyak mentahnya, setelah AS memberikan sanksi tambahan pada negara itu, "kata bank ANZ, Senin (11/2/2019).

Berdasarkan data Bloomberg, Senin (11/2/2019), pukul 09:41 WIB, harga minyak WTI kontrak Maret 2019 turun 1,25% atau 0,66 poin menjadi US$52,06 per barel. Harga minyak Brent kontrak April 2019 juga tercatat melemah 0,93% atau 0,58 poin di level US$61,52 per barel.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dika Irawan
Editor : Gajah Kusumo

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper