Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dolar AS Lanjutkan Reli Penguatan

Dolar Amerika Serikat masih bertahan dengan tren bullish mendekati level tertingginya dalam 6 minggu melawan mata uang mayor lainnya seiring dengan kekhawatiran baru terkait perdagangan antara AS dan China serta perlambatan pertumbuhan ekonomi global mendorong investor untuk beralih ke dolar AS sebagai aset investasi aman.
Lembaran mata uang rupiah dan dolar AS diperlihatkan di salah satu jasa penukaran valuta asing di Jakarta, Senin (2/7/2018)./ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari
Lembaran mata uang rupiah dan dolar AS diperlihatkan di salah satu jasa penukaran valuta asing di Jakarta, Senin (2/7/2018)./ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari

Bisnis.com, JAKARTA — Dolar Amerika Serikat masih bertahan dengan tren bullish mendekati level tertingginya dalam 6 minggu melawan mata uang mayor lainnya seiring dengan kekhawatiran baru terkait perdagangan antara AS dan China serta perlambatan pertumbuhan ekonomi global mendorong investor untuk beralih ke dolar AS sebagai aset investasi aman.

Chief Operating Officer Rakuten Securities Australia Nick Twidale mengatakan, pembicaraan perdagangan antara AS-Cina akan menjadi fokus utama pasar untuk minggu ini dan penguatan dolar saat ini merupakan indikasi sentimen pasar yang tengah berhati-hati sehingga mengincar dolar AS yang berstatus safe-haven.

Penguatan dolar AS tetap terjadi meskipun Federal Reserve mengambil sikap dovish pada pertemuan kebijakan pada Januari. Untuk saat ini, investor menumpuk ke dalam keselamatan greenback karena kekhawatiran perlambatan ekonomi global yang tajam.

"Sementara itu dolar Aussie dan euro berada pada level rentan saat ini dan sentimen tingginya risiko dapat menyebabkan penurunan lebih lanjut dalam mata uang ini," ujar Nick seperti dikutip dari Reuters, Senin (11/2/2019).

Para negosiator AS minggu ini akan mendesak China untuk mereformasi peraturan hak kekayaan intelektual perusahaan AS agar kesepakatan perdagangan yang dapat menaikkan tarif impor China dapat terhenti.

Ketegangan perdagangan antara dua negara dengan ekonomi terbesar di dunia tersebut telah menjadi pendorong utama sentimen investor global selama setahun terakhir.

Kepercayaan pasar sempat terpukul pada pekan lalu ketika Presiden AS Donald Trump mengatakan dia tidak berencana untuk bertemu dengan Presiden China Xi Jinping sebelum batas waktu 1 Maret yang ditetapkan oleh kedua negara untuk mencapai kesepakatan perdagangan.

Trump telah berjanji untuk meningkatkan tarif impor Tiongkok senilai US$200 miliar menjadi 25% dari sebelumnya hanya 10% jika kedua belah pihak tidak dapat mencapai kesepakatan pada 2 Maret 2019.

Pada Senin pagi, ketika pasar China dibuka kembali setelah libur satu minggu memperingati tahun baru imlek, dolar AS 0,5% lebih tinggi terhadap yuan di level 6,7753 yuan per doalr AS sementara yuan offshore relatif tidak berubah, yaitu pada level 6,7808 yuan per dolar AS.

Sementara itu, berdasarkan data Bloomberg, pada perdagangan hari ini, Senin (11/2/2019) pukul 13.09 WIB, indeks dolar yang mengukur kekuatan greenback terhadap mata uang asing lainnya bergerak naik 0,04% atau 0,0370 poin menjadi 96,674, menempatkannya berada di jalur kenaikan selama delapan hari berturut-turut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Finna U. Ulfah
Editor : Gajah Kusumo

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper