Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bursa Asia Tergelincir, Perundingan Dagang AS-China Jadi Fokus

Bursa saham Asia mengawali pekan ini dengan pelemahan karena masih adanya kekhawatiran investor terhadap pertumbuhan global, politik AS, dan perang perdagangan China-AS.
Bursa Asia MSCI/Reuters
Bursa Asia MSCI/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham Asia mengawali pekan ini dengan pelemahan karena masih adanya kekhawatiran investor terhadap pertumbuhan global, politik AS, dan perang perdagangan China-AS.

Bursa saham China berfluktuasi pada perdagangan Senin (11/2/2019), hari perdagangan pertama setelah liburan Tahun Baru Imlek pekan lalu. Indeks Shanghai Composite menguat 0,74% ke level 2.637,49 setelah sempat melemah hingga 2.613,17.

Sementara itu, indeks Kospi melemah 0,14% dan indeks MSCI Asia Pacific di luar Jepang turun 0,1% setelah terguling dari posisi tertinggi empat bulan pada hari Jumat.

Volume perdagangan diperkirakan arendah dengan bursa Jepang ditutup menyusul libur nasional.

Dilansir Reuters, investor saat ini menantikan pembicaraan perdagangan AS-China pekan ini, dengan delegasi pejabat AS melakukan perjalanan ke China untuk putaran negosiasi berikutnya.

"Setelah ditutup pada hari Jumat, bursa Asia menutup pekan dengan pelemahan, mencerminkan peningkatan tingkat kekhawatiran apakah AS dan China dapat menemukan kesepakatan untuk mengurangi ketegangan perdagangan mereka sebelum tenggat waktu 1 Maret," kata Rodrigo Catril, analis valas senior di National Australia Bank, seperti dikutip Reuters.

"Ketidakpastian perdagangan yang dipimpin AS seiring dengan meningkatnya kekhawatiran tentang tingkat perlambatan pertumbuhan global saat ini membuat peningkatan pada permintaan obligasi global inti," kata Catril.

Sementara itu, gagalnya pembicaraan antara anggota parlemen partai Demokrat dan Republik AS selama akhir pekan mengenai kebijakan penahanan imigran menimbulkan kekhawatiran kembali terjadinya penutupan pemerintah (government shutdown).

Perkembangan tersebut menjadi salah satu kekhawatiran tambahan untuk pasar yang sudah di bawah tekanan menyusul proyeksi pelemahan ekonomi global. Pekan lalu, Komisi Eropa menurunkan proyeksi pertumbuhan zona euro untuk tahun ini dan tahun berikutnya/

Sementara itu, Donald Trump menambah kecemasan dengan deklarasi bahwa ia tidak memiliki rencana untuk bertemu dengan Presiden China Xi Jinping sebelum batas waktu 1 Maret untuk mencapai kesepakatan perdagangan.

"Pertumbuhan mungkin berada pada area risiko yang besar, AS masih berada di jalur yang sehat tetapi stabilisasi China lebih dari harapan pada saat ini, sementara momentum Eropa terus melunak," kata analis JPMorgan dalam sebuah catatan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Fajar Sidik
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper