Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pekan Depan, Rupiah Diapit Sentimen Negatif Domestik & Global

Langkah rupiah diperkirakan cukup berat pada pekan depan, seiring munculnya sentimen negatif dari dalam dan luar negeri.
Karyawan memegang mata uang rupiah di gerai penukaran mata uang asing Ayu Masagung, Kwitang, Jakarta Pusat, Senin (28/1/2019)./ANTARA-Sigid Kurniawan
Karyawan memegang mata uang rupiah di gerai penukaran mata uang asing Ayu Masagung, Kwitang, Jakarta Pusat, Senin (28/1/2019)./ANTARA-Sigid Kurniawan

Bisnis.com, JAKARTA – Langkah rupiah diperkirakan cukup berat pada pekan depan, seiring munculnya sentimen negatif dari dalam dan luar negeri.

Dari dalam negeri, Analis Asia Trade Point Futures (ATPF) Deddy Yusuf Siregar mengatakan, melebarnya defisit transaksi berjalan (current acount defisit/CAD) sebesar 3,57% dari produk domestik bruto pada kuartal IV 2018 dikhawatirkan menjadi sentimen negatif bagi rupiah. Sebab pada pekan depan belum terlihat ada data-data ekonomi domestik yang signifikan menetralisir sentimen tersebut.

“Pekan depan saya kira tak akan banyak bantu rupiah. Melebarnya CAD bisa menjasi masalah bagi rupiah,” katanya saat dihubungi Bisnis, Jumat (8/2/2019).

Sementara itu pengaruh dari luar negeri, pelaku pasar cenderung berhati-hati dalam menyikapi perkembangan situasi global. Terlebih baru-baru ini Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyatakan keengganannya bertemu dengan Presiden China Xi Jinping dalam waktu dekat.

Hal itu merupakan sinyalemen perseteruan dagang antar kedua negara itu belum reda.  “Kita lihat juga masih adanya kekhawatiran dari melambatnya ekonomi di zona Eropa,” katanya.

Belum lama ini, Komisi Eropa memangkas proyeksi pertumbuhan zona Euro 2019 sebesar 1,3% dari perkiraan sebelumnya 1,9%. Selain itu, Bank of England juga memotong pertumbuhan ekonomi Inggris 2019 menjadi 1,2% dari sebelumnya 1,7%, imbas dari ketidakpastian Brexit.

Walhasil mengacu pada faktor itu semua, mendorong pelaku pasar kembali memilih instrumen safe haven seperti US Dollar, Yen dan Emas. “[Tentu] imbas negatif bagi nilai tukar rupiah,” katanya.

Deddy menambahkan, setidaknya ada asa bagi rupiah untuk tetap berstamina. Salah satunya kebijakan Bank Indonesia dan Pemerintah dalam menjaga beberapa kebijakan dan instrumen investasi. Sebab hal tersebutlah yang membuat rupiah bertahan di bawah Rp14.000 per dolar AS.  

Menurutnya, arus investasi masuk  menjadi katalis positif bagi nilai tukar rupiah. Melemahnya harga minyak juga memberikan dampak positif bagi mata uang RI ini.

“Saya lihat sih secara fundamental cukup baik. Artinya pergerakan rupiah tidak akan selemah pada akhir 2018 [menyentuh Rp15.000 per dolar AS]. Secara teknikal dan fundamental rupiah masih ada potensi di level Rp13.800 hingga Rp18.600,” katanya.

Berdasarkan data Bloomberg, Jumat (8/2) nilai tukar rupiah di pasar spot dibuka terdepresiasi 2 poin atau 0,01% di level Rp13.975 per dolar AS. Kemudian pada pukul 15:31 WIB, rupiah berbalik menguat 18 poin atau 0,13% di level Rp13.955 per dolar AS. Sepanjang perdagangan hari itu, rupiah bergerak pada kisaran Rp13.954-Rp13.998 per dolar AS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dika Irawan
Editor : Fajar Sidik
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper