Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Felda Dikabarkan Hengkang, Saham BWPT Lanjut Terkoreksi

Saham PT Eagle High Plantations Tbk. (BWPT) lanjut melemah pada perdangagan Jumat (8/2/2019) tertekan kabar terkait rencana Felda hengkang dari jajaran pemegang saham perseroan.
Karyawan melintas di dekat monitor Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (16/10/2018)./Bisnis-Nurul Hidayat
Karyawan melintas di dekat monitor Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (16/10/2018)./Bisnis-Nurul Hidayat

Bisnis.com, JAKARTA—Saham PT Eagle High Plantations Tbk. (BWPT) lanjut melemah pada perdangagan Jumat (8/2/2019) tertekan kabar terkait rencana Felda hengkang dari jajaran pemegang saham perseroan.

Berdasarkan data Bloomberg, pada perdaganga hari ini hingga pukul 10:49 WIB, BWPT terkoreksi 3,43% ke level harga Rp169 per saham. Ini merupakan level terendah dalam sebulan terakhir.

Koreksi itu melanjutkan penurunan pada perdagangan hari sebelumnya. Pada penutupan perdagangan Kamis (9/2/2019), BWPT anjlok 12,06% atau 24 poin menuju level Rp175 per saham.

Kemarin, Federal Land Development Authority (Felda) dikabarkan ingin hengkang dari jajaran pemegang saham perusahaan perkebunan Grup Rajawali, PT Eagle High Plantations Tbk. (BWPT).

Seperti diketahui, Felda mengakuisisi 37% kepemilikan saham BWPT melalui aksi akuisisi yang ditempuh oleh anak usahanya, FIC Properties Sdn. Bhd. Nilai transaksi yang dilaksanakan pada April 2017 itu mencapai Rp6,7 triliun.

The Straits Times memberitakan bahwa Felda berniat mengakhiri kemitraan dengan entitas Grup Rajawali itu.

Selain itu, Felda juga meminta pengembalian lebih dari US$500 juta yang dikucurkan saat akuisisi. Pasalnya, dalam transaksi tersebut tercantum "put option" yang memungkinkan investor asal Malaysia itu untuk menjual kembali (sell back) sahamnya. Dewan Direksi Felda dikabarkan telah menyampaikan surat pengajuan "put option" kepada Grup Rajawali pada 3 Januari 2019.

Adapun dasar dari permintaan tersebut, yakni BWPT dinilai gagal memenuhi kriteria penting dalam transaksi tersebut. Persyaratan tersebut ialah meraih sertifikat Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO) sebelum berakhirnya 2019.

Saat dikonfirmasi oleh Bisnis.com, Investor Relation Eagle High Plantations Sebastian Sharp mengungkapkan, bahwa rencana Federal Land yang berencana menarik kembali dananya tidak akan berpengaruh pada kinerja perusahaan.

“Tidak ada dampak, kecuali shareholder melakukan voting,” ungkapnya kepada Bisnis, Kamis (8/2/2019).

Sharp menambahkan, perseroan juga sedang melanjutkan sertifikasi RSPO pertama. Hingga Januari 2019, produksi tanda buah segar hingga Januari 2019 mencapai 132.000 ton atau naik 80% dari Januari 2018.

Di sisi lain, BWPT optimistis bahwa produksi tandan buah segar (TBS) bakal kembali menguat menjadi 170.000 ton dalam tiga bulan ke depan.

“Ini adalah perjanjian antara dua pemegang saham dan tidak secara langsung melibatkan Eagle High Plantation,” tulisnya dalam surat elektronik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Ana Noviani

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper