Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Permintaan Bahan Bakar AS Kuat, Minyak Mentah Rebound

Berdasarkan data Bloomberg, Minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Maret menguat 0,7% atau 0,35 poin ke level US$54,01 per barel pada penutupan perdagangan di New York Mercantile Exchange.
Prediksi Harga Minyak WTI/Reuters
Prediksi Harga Minyak WTI/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak mentah rebound pada perdagangan Rabu, (6/2/2019), setelah sebuah laporan menunjukkan permintaan bensin yang sangat kuat dan penurunan bahan bakar pemanas di AS mengurangi kekhawatiran kelebihan pasokan global.

Berdasarkan data Bloomberg, Minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Maret menguat 0,7% atau 0,35 poin ke level US$54,01 per barel pada penutupan perdagangan di New York Mercantile Exchange.

Sementara itu, minyak Brent untuk kontrak April menguat 0,71 poin ke level US$62,69 per barel di ICE Futures Europe exchange yang berbasis di London. Minyak mentah patokan global ini dijual dengan premium US$8,35 terhadap WTI untuk bulan yang sama.

WTI menghentikan penurunan beruntun dua hari, setelah Energy Information Administration (EIA) menyatakan persediaan minyak mentah dan bensin AS pekan lalu meningkat sesuai perkiraan analis.

Dampak dari hawa dingin brutal yang melanda AS juga muncul dalam data, dengan persediaan bahan bakar musim dingin menyusut hampir 5 juta barel.

Petunjuk bullish pada permintaan menawarkan bantuan kepada pelaku pasar yang khawatir terhadap pertumbuhan ekonomi. Meskipun ada upaya OPEC untuk memotong pasokan global, minyak mentah berada di jalur untuk pelemahan ketiga berturut-turut di awal sesi karena aktivitas pabrik yang melambat di Jerman menyusul laporan penurunan pesanan sektor jasa di AS.

"Kami melihat kenaikan moderat pada data EIA. Ini adalah pasar yang tenang yang mencoba mencari pijakan dan berusaha mencari sentimen yang lebih mendukung," kata Rob Haworth dari US Bank Wealth Management, seperti dikutip Bloomberg.

Data EIA menunjukkan permintaan bensin secara rata-rata empat pekan berada pada level tertinggi sejak 2007. Sementara itu, minyak mentah AS tetap pada level tertinggi sepanjang masa, namun tidak meningkat selama minggu-minggu sebelumnya.

Ini menunjukkan penurunan harga minyak tahun lalu membantu menahan laju booming dalam pengeboran minyak shale AS.

Penurunan cadangan pada propana, minyak pemanas, dan bahan bakar lainnya menyebabkan total persediaan minyak bumi turun 3,36 juta barel.

Minyak telah bergerak pada kisaran level US$50 setelah awal terbaik untuk setahun dalam hampir dua dekade terakhir. Pengurangan produksi oleh Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC), Rusia dan pengekspor lainnya memicu penurunan cadangan.

Tetapi, penguatan dibatasi oleh masih adanya kekhawatiran atas rekor output AS, perang perdagangan AS-China, dan tanda-tanda ekonomi yang saling bertentangan di seluruh dunia.

"Pertanyaan dalam benak kami tetap ‘Dari mana pertumbuhan akan datang?'" ungkap Haworth. "Masih ada lebih banyak pekerjaan yang harus dilakukan pada tingkat harga saat ini untuk meyakinkan kami bahwa narasi bullish masuk akal untuk beberapa bulan ke depan."

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper