Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

MNC Sekuritas: SUN Berpotensi Menguat Lagi

MNC Sekuritas memperkirakan harga Surat Utang Negara (SUN) masih kembali berpeluang untuk mengalami kenaikan pada perdagangan Kamis (7/2/2019), yang didukung adanya potensi penguatan nilai tukar rupiah setelah rilis data ekonomi kuartal IV/2018.
Direktur Surat Utang Negara (SUN) pada Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Resiko Kemenkeu Loto S. Ginting memperlihatkan informasi tentang Savings Bond Ritel (SBR) seri SBR005 ketika peluncuran di Jakarta, Kamis (10/1/2019)./ANTARA-Wahyu Putro A
Direktur Surat Utang Negara (SUN) pada Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Resiko Kemenkeu Loto S. Ginting memperlihatkan informasi tentang Savings Bond Ritel (SBR) seri SBR005 ketika peluncuran di Jakarta, Kamis (10/1/2019)./ANTARA-Wahyu Putro A

Bisnis.com, JAKARTA -- MNC Sekuritas memperkirakan harga Surat Utang Negara (SUN) masih kembali berpeluang untuk mengalami kenaikan pada perdagangan Kamis (7/2/2019), yang didukung adanya potensi penguatan nilai tukar rupiah setelah rilis data ekonomi kuartal IV/2018.

Kepala Divisi Riset Fixed Income MNC Sekuritas I Made Adi Saputra mengatakan suksesnya lelang penjualan Surat Utang Negara (SUN) pada perdagangan kemarin dan kembali turunnya imbal hasil surat utang global juga turut menjadi katalis positif. Dengan kombinasi dari beberapa faktor tersebut, investor disarankan untuk tetap mencermati arah pergerakan harga SUN di pasar sekunder.

"Arah pergerakan harga SUN masih akan banyak dipengaruhi oleh pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Beberapa seri yang cukup menarik untuk dicermati di antaranya adalah FR0071, FR0079, FR0061, FR0056, FR0059, dan FR0053," paparnya dalam riset harian, Kamis (7/2).

Pemerintah meraup dana senilai Rp10,12 triliun dari pelaksanaan lelang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) pada Rabu (6/2). Dalam lelang tersebut, ada lima seri yang ditawarkan yakni seri SPNS01082019 (reopening), PBS014 (reopening) PBS019 (reopening), PBS022 (reopening), dan PBS015 (reopening).

Pada perdagangan kemarin, harga SUN mengalami kenaikan didukung oleh data pertumbuhan ekonomi kuartal IV/2018 yang lebih baik dari perkiraan serta nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Badan Pusat Statistik (BPS) menyampaikan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal terakhir tahun lalu mencapai 5,18% secara year-on-year (yoy), lebih baik dari proyeksi.

Selain itu, pasar juga masih dipengaruhi oleh sentimen positif dari kebijakan The Fed yang menetapkan suku bunga acuan tetap di kisaran 2,25%-2,5% pada pekan lalu.

Dari sentimen-sentimen tersebut, pelaku pasar merespons dengan melakukan pembelian SUN di pasar sekunder, sehingga berdampak kepada pergerakan harga SUN terutama untuk tenor menengah dan panjang.

Kemarin, sebagian besar SUN mencatatkan kenaikan harga. Harga meningkat hingga 140 bps, yang mendorong terjadinya penurunan tingkat imbal hasil sebesar 21 bps.

Untuk SUN seri acuan, kenaikan harga yang terjadi mendorong penurunan tingkat imbal hasil antara 7,6-11,8 bps.

SUN tenor 20 tahun mengalami perubahan harga tertinggi dibandingkan dengan seri acuan lainnya, yakni sebesar 117 bps, yang menyebabkan turunnya yield sebesar 12 bps.

Sementara itu, seri acuan tenor 5 dan 10 tahun mengalami kenaikan harga masing-masing sebesar 33 bps dan 83 bps yang mendorong penurunan imbal hasil masing-masing 8 bps dan 11 bps. Untuk seri acuan tenor 15 tahun, didapati peningkatan harga sebesar 97 bps yang menyebabkan yield terkoreksi sebesar 11 bps.

Sebagian seri SUN berdenominasi dolar AS juga terlihat mengalami kenaikan di tengah melemahnya imbal hasil US Treasury. Untuk INDO24, harganya mengalami kenaikan sebesar 5 bps yang mendorong terjadinya penurunan yield sebesar 1 bps ke level 3,732%.

Selanjutnya, harga INDO29 menguat 17,5 bps yang menyebabkan pelemahan tingkat imbal hasil sebesar 2 bps. Untuk INDO44, terjadi perubahan harga sebesar 14 bps yang mendorong terjadinya penurunan tingkat imbal hasil sebesar 0,8 bps.

Perubahan harga terbesar didapati pada bertenor panjang seri INDO49, yang melemah 28,8 bps dan mendorong koreksi yield sebesar 1,74 bps.

Volume perdagangan SUN yang dilaporkan pada perdagangan kemarin mencapai Rp15,82 triliun dari 42 seri yang diperdagangkan. Untuk seri acuan, volume perdagangan mencapai Rp4,65 triliun dengan volume terbesar didapati di seri FR0078 sebesar Rp2,26 triliun dari 97 kali transaksi.

Selanjutnya, SUN seri FR0061 dengan volume perdagangan Rp1,27 triliun dari 39 kali transaksi dan diikuti seri FR0077 dengan volume perdagangan Rp1,19 triliun dari 71 kali transaksi.

Untuk Sukuk Negara, volume perdagangan terbesar didapati pada Project Based Sukuk seri PBS0014 dengan volume Rp1,87 triliun dari 23 kali transaksi dan diikuti seri PBS022 dengan volume perdagangan Rp668,05 miliar.

Volume perdagangan surat utang korporasi yang dilaporkan mencapai Rp1,17 triliun dari 38 seri obligasi korporasi yang ditransaksikan.

Volume perdagangan terbesar didapati pada seri Obligasi Berkelanjutan Indonesia Eximbank IV Tahap III Tahun 2018 Seri D (BEXI04DCN3) senilai Rp275 miliar dari 7 kali transaksi. Diikuti seri Obligasi Berkelanjutan II Bank OCBC NISP Tahap I Tahun 2016 Seri C (NISP02CCN1) dan seri Obligasi Berkelanjutan II Waskita Karya Tahap III Tahun 2017 Seri B (WSKT02BCN3), masing-masing senilai Rp120 miliar dari 7 kali transaksi dan Rp100 miliar untuk 5 kali transaksi.

Di sisi lain, rupiah menguat sebesar 41,50 pts (0,30%) ke level Rp13.920 per dolar AS. Penguatan ini terjadi di tengah pergerakan mata uang regional yang bervariasi terhadap dolar AS.

Mata uang dengan penguatan tertinggi didapati pada peso Filipina (PHP) sebesar 0,30%, diikuti yen Jepang (JPY) dan rupiah Indonesia (IDR) yang keduanya mengalami penguatan sama besar di level 0,29%.

Sebaliknya, pelemahan terdalam didapati dolar  Singapura (SGD) sebesar 0,17% dan rupee India (INR) sebesar 0,11%.

Imbal hasil US Treasury dengan tenor 10 tahun ditutup melemah 14 bps ke level 2,69%, sedangkan untuk US Treasury bertenor 30 tahun ditutup menguat terbatas 5 bps ke level 3,03%. Perubahan ini terjadi di tengah kondisi pasar saham AS yang bergerak melemah.

Indeks DJIA ditutup melemah 8 bps ke level 25390,30 dan indeks NASDAQ terkoreksi 36 bps ke level 7375,28.

Sementara itu, obligasi Inggris (Gilt) bertenor 10 tahun mengalami pelemahan sehingga berada pada level 1,212% dan untuk tenor 30 tahun juga ikut melemah ke level 1,718%. Adapun obligasi Jerman (Bund) bertenor 10 tahun bergerak positif ke level 0,166%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Annisa Margrit
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper