Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Data Ekonomi Jadi 'Angin Segar' Bagi Pasar Saham & Obligasi

Data makroekonomi 2018 yang dirilis BPS menjadi efek positif bagi pasar saham dan pasar surat utang di dalam negeri.
Karyawan beraktivitas di dekat papan penunjuk pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Jakarta, Senin (4/2/2019)./Bisnis-Felix Jody Kinarwan
Karyawan beraktivitas di dekat papan penunjuk pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Jakarta, Senin (4/2/2019)./Bisnis-Felix Jody Kinarwan

Bisnis.com, JAKARTA - Data makroekonomi 2018 yang dirilis BPS menjadi efek positif bagi pasar saham dan pasar surat utang di dalam negeri.

Ekonom PT Bahana Sekuritas Putera Satria Sambijantoro menilai efeknya akan lebih cepat merambat ke pasar saham yang memiliki sensitivitas tinggi terhadap data konsumsi dan investasi dalam negeri.

"Pada kuartal empat tahun lalu, sektor transportasi dan telekomunikasi [subsektor konsumsi dalam komponen pengeluaran di PDB] mencetak pertumbuhan tertinggi sebesar 6,14% pada kuartal IV/2018 dibandingkan 5,40%," ujar Satria, Rabu (6/2/2019). Sementara itu, sektor properti, bank dan kesehatan menunjukkan prospek cerah ke depannya.

Berdasarkan data Indeks Tendensi Bisnis (ITB)--indeks yang mengukur optimisme pelaku usaha terhadap ekonomi -- ketiga sektor tersebut mencetak skor tertinggi di atas 115.

Di sisi lain, Satria melihat penurunan Indeks Pembelian Manajer (Purchasing Managers' Index/PMI) yang turun dari 51,2 pada Desember ke 49,9 pads Januari 2019 dipicu oleh pelemahan kinerja manufaktur dalam negeri akibat hambatan ekspor seiring dengan meningkatnya peningkatan proteksionisme global.

Pada kuartal 1/2019, contohnya, optimisme bisnis (ITB) industri yang berorientasi domestik masih cukup tinggi pada level 108.49, dibandingkan industri yang berorientasi pada permintaan luar negeri sebesar 99.04.

Sementara itu, Satria melihat pertumbuhan ekonomi Indonesia sebenarnya memiliki peluang untuk tumbuh 6% pada tahun ini. Andai faktor eksternal tidak menahan pertumbuhan dalam negeri.

Kendati demikian, dia menekankan pertumbuhan ekonomi 5,17% di tengah kondisi ketidakpastian global serta kekhawatiran perlambatan ekonomi merupakan pencapaian yang luar biasa.

"Fakta pertumbuhan PDB Indonesia yang konsisten tumbuh di kisaran 5% -- selama delapan kali dalam 10 tahun terakhir-- harusnya membuat banyaj investor berpaling," ujar Satria.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Hadijah Alaydrus
Editor : Fajar Sidik
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper