Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Kopi Tahun Ini Diperkirakan Bakal Moncer

Pada tahun ini harga kopi diperkirakan bakal moncer, seiring masih tingginya permintaan global. Namun, pasar pun mesti hati-hati lantaran perang dagang antara Amerika Serikat dan China dapat mempengaruhi harga komoditas tersebut.
Petani memanen biji kopi Liberika Tungkal Komposit (Libtukom) di lahan pertanian gambut Mekar Jaya, Betara, Tanjung Jabung Barat, Jambi/Antara-Wahdi Septiawan
Petani memanen biji kopi Liberika Tungkal Komposit (Libtukom) di lahan pertanian gambut Mekar Jaya, Betara, Tanjung Jabung Barat, Jambi/Antara-Wahdi Septiawan

Bisnis.com, JAKARTA – Pada tahun ini harga kopi diperkirakan bakal moncer, seiring masih tingginya permintaan global. Namun, pasar pun mesti hati-hati lantaran perang dagang antara Amerika Serikat dan China dapat mempengaruhi harga komoditas tersebut.

Analis Asia Trade Point Futures (ATPF) Deddy Yusuf Siregar mengatakan, konsumsi kopi global pada 2019 diprediksi masih tinggi, sehingga dapat mengimbangi produksi global yang juga akan meningkat pada tahun ini. “Hal ini menandakan pasar kopi ke depan ada potensi bullish,” katanya kepada Bisnis, Senin (4/2).

Menurutnya berdasaarkan data Organisasi Kopi Internasional (International Coffee Organization/ICO) diperkirakan produksi kopi global periode 2018-2019 surplus 2,29 juta kantong. Sementara berdasarkan data United States Department of Agriculture (USDA) produksi kopi global 2018-2019 diperkirakan meningkat 7,1% menjadi 171 juta kantong. Adapun konsumsinya berada di kisaran 163,200 juta kantong.

“Selama konsumsi masih tinggi saya kira tak ada masalah bagi pasar kopi. Apalagi kita lihat persediaan kopi juga naik,” katanya.

Pada saat yang sama, potensi melimpahnya persediaan kopi global ini membawa dampak lain. Pasar khawatir dengan hal tersebut, sehingga membuat harga kopi belakangan terkoreksi. Akan tetapi, Deddy menilai penurunan harga tersebut masih dalam angka wajar.

Sebagai gambaran, pada perdagangan Jumat (1/2), harga kopi di Intercontinental Exchange (ICE) sempat melemah 2,08 % atau 2,20 poin menjadi US$102,70 sen per pon. Namun, pada perdagangan Selasa (5/2), pukul 16:38 WIB, harga harga kopi di bursa ICE menguat 0,33% atau 0,35 poin menjadi US$105,95 sen per pon.

Di luar faktor permintaan, Deddy melihat situasi yang terjadi di negara produsen juga dapat mempengaruhi harga kopi. Di Brasil, misalnya, pelemahan mata uang negara itu di hadapan dolar AS diperkirakan dapat mendorong ekspor kopi negara tersebut. Untuk diketahui, Brasil merupakan produsen kopi terbesar di dunia.

Kemudian, di Vietnam, belakangan terjadi persoalan cuaca, yaitu masih minimnya curah hujan di kawasan perkebunan kopi. Hal tersebut menimbulkan kekhawatiran pasokan komoditas itu akan berkurang.  

“Jadi kondisi-kondisi ini yang menyebabkan harga kopi di bursa ICE [beberapa waktu lalu] meningkat cukup signifikan,” katanya.

Dia menambahkan, dari sisi area teknikal harga kopi masih kuat di atas US$99 per pon. Jika mampu bertahan di area tersebut, tidak menutup kemungkinan harga kopi berada di level US$114 per pon pada akhir 2019. “Dibutuhkan katalisator yang cukup besar untuk membuat harga kopi keluar dari area konsolidasinya,” katanya.

 Meskipun demikian, Deddy melihat perang dagang antara Amerika Serikat dan China berpeluang mengacaukan harga kopi ke depannya. Sebab bila hal tersebut masih terjadi, berpotensi memunculkan perlambatan ekonomi global. Alhasil permintaan sejumlah komoditas bisa terganggu. Termasuk di dalamnya kopi.

"Faktor utama masih datang dari sengketa dagang [AS dan China],” katanya.

ICO dalam laporan terbarunya menyatakan, produksi kopi global mencapai 167,47 juta kantong. Angka itu melampaui ekspektasi sebelumnya paa angka 165,18 juta kantung pada periode 2018-2019. Sementara konsumsi kopi dunia diproyeksikan mencapai 165,19 juta kantong atau naik 2,1% dibandingkan periode 2017-2018.

Christoph Sänger, Senior Economist International Coffee Organisation mengatakan, permintaan kopi tumbuh lebih dari 50% sejak 1990-an. Kopi pun tetap menjadi komoditas utama dengan sebagian besar nilai tambah yang dihasilkan di negara-negara pengimpor. Selain itu, pasar mengalami surplus untuk tahun ke-2 berturut-turut.

"Tetapi ancaman perubahan iklim sedang membayangi dan investasi dalam adaptasi diperlukan," katanya Sangar dalam paparannya di United Nations Conference on Trade and Development, Genewa, Swiss, April tahun lalu.

DATA KOPI

ESTIMASI PRODUKSI & KONSUMSI KOPI GLOBAL 2018/2019

PRODUKSI KOPI

ESTIMASI

Global

167,47 juta kantong

Brasil

58,5 juta kantong

Vietnam

29,5 juta kantong

Kolombia

14,2 juta kantong

Indonesia

10,2 juta kantong

Ethiopia

7,5 juta kantong

Honduras

7,45 juta kantong

 

KONSUMSI (2018)

165,18 juta kantong

Afrika

12,23 juta kantong

Asia & Oseania

36,25 juta kantong

Meksiko & Amerika Tengah

5,23 juta kantong

Eropa

53,51 juta kantong

Amerika Utara

30,73 juta kantong

Amerika Selatan

27,22 juta kantong

Sumber: (ICO)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dika Irawan

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper