Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Data Upah Buruk, Dolar AS Berpotensi Melemah

Dolar AS berpotensi melemah setelah laporan Tenaga Kerja AS pada Januari 2019 menunjukkan inflasi upah yang sangat kecil. Hal ini meredam peluang Federal Reserve dalam menaikan suku bunga lebih lanjut.
Karyawan memegang mata uang dolar AS di tempat penukaran valuta asing, Jakarta, Kamis (8/11/2017)./JIBI-Felix Jody Kinarwan
Karyawan memegang mata uang dolar AS di tempat penukaran valuta asing, Jakarta, Kamis (8/11/2017)./JIBI-Felix Jody Kinarwan

Bisnis.com, JAKARTA—Dolar AS berpotensi melemah setelah laporan Tenaga Kerja AS pada Januari 2019 menunjukkan inflasi upah yang sangat kecil. Hal ini meredam peluang Federal Reserve dalam menaikan suku bunga lebih lanjut.

Greenback memang melesat lebih tinggi setelah rilis kenaikan lapangan kerja yang kuat, tetapi dengan cepat kembali ke levelnya sebelum data. Hal ini dipicu rilis data Tenaga Kerja AS, berupa angka pendapatan rata-rata per jam, yang naik hanya 0,1% dibandingkan dengan ekspektasi 0,3%.

Di luar perolehan pekerjaan utama, dolar menjadi lebih sensitif terhadap inflasi upah selama setahun terakhir. Laporan tersebut juga menunjukkan ekonomi AS menciptakan 304.000 pekerjaan baru, tertinggi dalam 11 bulan, melampaui perkiraan 165.000 pekerjaan. Namun demikian, tingkat pengangguran, naik ke level tertinggi 7 bulan sebesar 4%.

"Kami mengalami kenaikan tajam dalam dolar berdasarkan kenaikan kuat dalam daftar gaji serta laporan keseluruhan yang solid," kata Eric Viloria, ahli strategi FX di Credit Agricole, dikutip dari Reuters, Sabtu (2/2/2019)

"Tetapi penurunan upah mungkin memperkecil peluang Fed dalam kenaikan suku bunga dan itu telah menahan dolar," tambahnya.

Sebelumnya, Gubernur Fed Jerome Powell pada hari Rabu mengatakan kasus kenaikan suku bunga telah melemah, dan kini pihaknya hanya memperkirakan sekitar satu dari tiga peluang penaikan suku bunga.

Tetapi setelah data pekerjaan, trader mengurangi taruhan penurunan suku bunga, meskipun mereka terus bertaruh terhadap kenaikan suku bunga.

Pada penutupan perdagangan akhir pekan, indeks dolar AS (DXY) menguat tipis 0,05% menjadi 95,61. Dolar diperkirakan akan melemah tahun ini karena Federal Reserve berubah menjadi lebih berhati-hati tentang kenaikan suku bunga.

"Prospek untuk dolar AS tetap relatif kurang menarik dan investor harus berbelanja untuk nilai di tempat lain," kata Hans Redeker, kepala strategi mata uang global di Morgan Stanley di London.

"Prospek pasar ekuitas A.S. yang lemah harus menjaga yield rendah, dan akan mendorong yen dan crown Swedia," tambahnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Hafiyyan
Editor : Nancy Junita
Sumber : reuters

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper