Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pasar Saham Cetak Sejumlah Rekor pada Januari, Perhatikan Arah Tren Februari Ini

Pasar modal Indonesia mencatatkan sejumlah rekor selama periode perdagangan Januari 2019. Pasar modal Indonesia masuk menjadi salah yang terkuat di bursa saham Asia Tenggara dan Asia Pasifik.
Pengunjung mengambil foto monitor perdagangan harga saham di Jakarta, Jumat (1/2/2019)./Bisnis-Dedi Gunawan
Pengunjung mengambil foto monitor perdagangan harga saham di Jakarta, Jumat (1/2/2019)./Bisnis-Dedi Gunawan

Bisnis.com, JAKARTA — Pasar modal Indonesia mencatatkan sejumlah rekor selama periode perdagangan Januari 2019. Pasar modal Indonesia masuk menjadi salah yang terkuat di bursa saham Asia Tenggara dan Asia Pasifik.

Indeks harga saham gabungan (IHSG) mencatatkan pertumbuhan yang tertinggi kedua dalam perdagangan bursa Asia Tenggara dengan mencatatkan pertumbuhan 5,46% atau 338,47 poin secara year-to-date di bawah bursa Filipina yang mencatatkan pertumbuhan sebesar 7,25% atau 541,46 poin.

Pada bursa Asia Pasifik, Indonesia menjadi perdagangan yang mengalami pertumbuhan terbesar keempat di bawah bursa Hongkong yang mencatatkan pertumbuhan 8,11% atau 2.096 poin, Korea Selatan dengan pertumbuhan 8,03% atau 163,81 poin, dan Bursa Fillipina.

Selain itu, Hasan Fawzi, Direktur Pengembangan Bursa Efek Indonesia mengungkapkan bahwa arus dana investor asing yang melakukan aksi beli atau nett buy pada perdagangan pasar modal Indonesia selama Januari sebesar Rp23,35 triliun.

Pada perjalanannya, perdagangan Januari diwarnai aksi crossing sehingga nett buy investor asing selama Januari 2019 menjadi senilai Rp13,8 triliun.

Rekor lainnya, lanjutnya, rata-rata nilai transaksi harian juga naik secara signifikan pada angka Rp10,758 triliun per harinya dan frekuensi transaksi harian juga mencatatkan rekor peningkatan menjadi 464.494 transaksi harian sepanjang Januari 2019, dengan proporsi aktivitas transaksi investor domestik sebesar 65%.

“Ini juga membesarkan hati, likuiditas transaksinya naik, tetapi domestik tetap mendominasi,” ujarnya kepada Bisnis, Jumat (1/2/2019).

Hasan menambahkan bahwa pertumbuhan jumlah investor saham sepanjang Januari 2019 terjadi peningkatan yang cukup signifkan menjadi sekitar 23.000, jumlah tersebut meningkat jika dibandingkan dengan perdagangan pada Januari 2018 yang mencatatkan sebanyak kurang lebih 11.000 investor.

Perubahan penyingkatan waktu transaksi yang sebelumnya diberlakukan adalah T+3 diubah menjadi T+2 diklaim menjadi pengaruh yang sangat besar pada pertumbuhan yang terjadi pada perdagangan Januari 2019.

“Pengaruh penyingkatan waktu seattlement sudah secara signifikan menunjukkan peningkatan kapasitas anggota bursa kita untuk melakukan aktivitas transaksi, bulan Januari tercatat juga capital in flow cukup tinggi,” katanya.

Di lain pihak, Analis PT Indorsurya Bersinar Sekuritas, William Surya Wijaya menjelaskan pertumbuhan yang terjadi pada Januari telah diprediksi dengan beberapa indikasi yang terlihat pada kuartal akhir perdagangan 2018.

Adanya indikasi capital in flow yang terjadi pada perdagangan Indonesia, tren penguatan yang terjadi pada indeks harga saham gabungan (IHSG), serta fundamental ekonomi domestik yang terlihat cukup stabil dan terkendali menjadi beberapa indikasi penguatan pada perdagangan sepanjang Januari 2019.

Selain itu, pada 2019 Indonesia memasuki tahun politik yang membuat kebanyakan pelaku pasar menjadi optimis, sentimen lainnya, pada Januari 2019 menjadi musim sejumlah emiten untuk merilis laporan perseroan, dalam rilis tersebut kinerja perseoran masih sesuai ekspektasi pelaku pasar sehingga berdampak baik pada perdagangan.

“Itu membuat investor lebih tau prospek daripada emiten-emiten tersebut,” ujarnya kepada Bisnis, Jumat (1/2/2019).

Kondisi sejumlah pasar modal yang menunjukkan kinerja yang tidak cenderung negatif membuat sejumlah investor asing mengalirkan dananya ke emerging market termasuk Indonesia. Aliran dana investor asing tersebut telah membuat pertumbuhan yang sangat positif bagi pasar modal Indonesia.

“Sebenarnya emerging market itu merupakan tempat menarik melakukan investasi, karena di negara lain investasi malah mengalami minus, termasuk Jepang, suku bunga minus, Indonesia masih menjadi surga untuk melakukan investasi karena return of investment yang cukup menarik,”
jelasnya.

Pada perdagangan Februari, William memprediksi pergerakan pasar modal akan akan lebih terkonsolidasi yang apabila terjadi tekanan sifatnya akan terbatas, sebaliknya, peluang untuk kenaikkan terjadi lebih besar. “Bahkan tidak menutup kemungkinan akan ada rekor baru tertinggi sepanjang masa IHSG,” katanya.

Pada perdagangan Februari, dia merekomendasikan sektor finansial dengan emiten berbasis perbankan, sektor infrastruktur dengan emiten yang berbasis telekomunikasi, dan sektor konsumsi akan menarik untuk dapat dicermati.

Musim rilis laporan kinerja emiten menjadi sentimen yang sangat kuat untuk mencermati sektor-sektor tersebut, selain sentimen penurunan agresifitas kenaikkan suku bunga acuan The Fed dan tahun politik.

Sementara itu, Direktur Investa Saran Mandiri Hans Kwee mengatakan bahwa pertumbuhan yang terjadi pada perdagangan sepanjang Januari 2019 disebabkan oleh berbagai sentimen global yang mempengaruhi masuknya aliran dana investor asing ke dalam pasar modal Indonesia.

Dampak perang dagang Amerika Serikat dan China telah meningkatkan perlambatan ekonomi global yang mempengaruhi perdagangan Amerika Serikat dan Tiongkok, sehingga membuat Bank Sentral The Fed mengambil sikap untuk menahan agresifitasnya dalam menaikkan suku bunga acuan sehingga menyebabkan pelemah pada US$.

Sentimen tersebut sangat mempengaruhi investor asing untuk mengalirkan dananya ke dalam bursa emerging market.

Masuknya aliran dana asing ke dalam pasar domestik juga mendorong optimisme pelaku pasar domestik untuk melakukan pembelian pada perdagangan Januari, ditambah dengan dengan kondisi domestik yang positif.

“Masuknya dana asing ke sini [Indonesia], musim laporan keuangan, Rupiah menguat, ini membuat optimis pasar domestik untuk melakukan pembelian,” ujarnya kepada Bisnis, Jumat (1/2/2019).

Pada perdagangan Februari, Hans memprediksi perdagangan akan bergerak terkonsolidasi, hal tersebut bergantung dengan hasil rilis kinerja emiten yang dapat mempengaruhi reaksi investor.

Selain itu, pelaku pasar juga memiliki optimisme yang tinggi terkait dengan meredanua aksi perang dagang Amerika Serikat dan China yang akan membuat kondisi pasar akan semakin membaik pada Februari 2019.

Menurutnya, pada perdagangan Februari, sektor finansial dapat direkomendasikan untuk dapat dicermati dengan mempertimbangkan faktor laporan kinerja yang telah memasuki musimnya untuk dirilis.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Muhammad Ridwan
Editor : Fajar Sidik
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper