Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kurs Rupiah Paling Kuat di Asia, Ini Penjelasan Analis

apresiasi rupiah pada pekan ini ditopang oleh respons positif investor terhadap kerja sama dan konsistensi pemerintah dan Bank Indonesia dalam menjaga fundamental ekonomi Indonesia dengan beragam instrumen keuangan seperti DNDF dan peraturan devisa hasil ekspor atau DHE.
Karyawan menghitung mata uang rupiah dan dolar AS di Jakarta, Senin (1/7/2019)./Bisnis-Abdullah Azzam
Karyawan menghitung mata uang rupiah dan dolar AS di Jakarta, Senin (1/7/2019)./Bisnis-Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA – Kinerja pergerakan mata uang rupiah patut diancungi jempol. Pada penutupan perdagangan pekan ini, Jumat (1/2/2019), di saat reli penguatan mata uang asia berakhir, rupiah masih bertengger di zona hijau.

Mengutip riset harian Asia Tradepoint Futures, apresiasi rupiah pada pekan ini ditopang oleh respons positif investor terhadap kerja sama dan konsistensi pemerintah dan Bank Indonesia dalam menjaga fundamental ekonomi Indonesia dengan beragam instrumen keuangan seperti DNDF dan peraturan devisa hasil ekspor atau DHE.

“Instrumen dan kebijakan tersebut mampu menarik dana asing masuk ke pasar domestik sehingga membantu mendorong rupiah untuk bergerak naik,” tulis Asia Tradepoint Futures seperti dikutip dari risetnya, Jumat (1/2/2019).

Selain itu, hingga pertengahan Januari, capital inflow dalam negeri tercatat mencapai Rp14,75 triliun, sehingga ketersediaan dolar Amerika Serikat diharapkan mampu memperkecil defisit transaksi berjalan Indonesia. 

Katalis positif juga datang dari rilis data inflasi, di mana secara year on year tingkat inflasi pada November terjaga 2,82%. 

Berdasarkan data Bloomberg, pada penutupan perdagangan pekan ini, hanya rupiah dan ringgit Malaysia yang masih bergerak positif disaat reli penguatan bagi sebagian besar mata uang asia telah usai. Rupiah menguat 0,179% atau naik 25 poin menjadi Rp13.948 per dolar AS.

Rupiah pada perdagangan akhir pekan ini memiliki kinerja yang sangat luar biasa, di mana dalam 2 sesi perdagangan sejak Kamis (31/1/2019) hingga penutupan perdagangan pekan ini, terpantau mampu memukul dolar AS.

Dalam sepekan rupiah telah menguat 1,04% menduduki posisi kedua dalam penguatan mata uang di klasemen asia. Posisi pertama penguatan mata uang di klasemen Asia, diduduki oleh ringgit Malaysia yang telah menguat 1,221% sepanjang pekan menjadi 4,0953 ringgit per dolar AS.

Kendati demikian, secara umum pergerakan mata uang garuda masih dibayangi oleh beragam sentimen dan yang akan menyedot perhatian lebih adalah negosiasi dagang Amerika Serikat dan China, serta kebijakan moneter bank sentral AS, The Fed.

Sementara itu, drama Brexit dan ketegangan baru antara AS dan Venezuela, tampaknya perlahan-lahan akan memudar.

Asia Tradepoin Futures memprediksi dalam waktu dekat rupiah cenderung akan dilanda aksi ambil untung oleh para investor sehingga kemungkinan akan terjadi koreksi. Pergerakan rupiah juga harus mewaspadai dirilisnya data ketenagakerjaan AS pada Jumat (1/2/2019) malam yang akan memperkuat dolar AS.

Adapun, pada perdagangan Jumat (1/2/2019) pukul 17.22 WIB, indeks dolar AS yang mengukur kekuatan greenback dihadapan mata uang asing lainnya bergerak di zona merah melemah 0,07% atau turun 0,070 poin menjadi 95,508.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Finna U. Ulfah
Editor : Fajar Sidik
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper