Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

MNC Sekuritas: Pelaku Pasar Cermati Pelaksanaan Lelang SUN

MNC Sekuritas memperkirakan para pelaku pasar masih akan mencermati pelaksanaan lelang Surat Utang Negara (SUN) sebelum kembali melakukan transaksi di pasar sekunder pada Selasa (29/1/2019).
Ilustrasi Surat Utang Negara
Ilustrasi Surat Utang Negara

Bisnis.com, JAKARTA -- MNC Sekuritas memperkirakan para pelaku pasar masih akan mencermati pelaksanaan lelang Surat Utang Negara (SUN) sebelum kembali melakukan transaksi di pasar sekunder pada Selasa (29/1/2019).

Hari ini, pemerintah berencana melelang SUN dengan target penerbitan senilai Rp15 triliun dari enam seri yang ditawarkan kepada investor.

Kepala Divisi Riset Fixed Income MNC Sekuritas I Made Adi Saputra memproyeksi pergerakan harga SUN masih akan bergerak cenderung mendatar (sideways). Selain itu, para pelaku pasar juga mencermati perubahan nilai tukar rupiah menjelang disampaikannya notulen Rapat Dewan Gubernur bank sentral AS (FOMC Meeting) yang akan dilaksanakan pada 29-30 Januari 2019.

Dengan kondisi tersebut, investor disarankan untuk tetap mencermati arah pergerakan harga SUN di pasar sekunder.

Bagi investor dengan horizon jangka menengah dan jangka panjang, dapat mengikuti lelang SUN, di mana pemerintah menawarkan 4 SUN seri acuannya dan 2 seri Surat Perbendaharaan Negara (SPN).

"Adapun beberapa seri yang menarik untuk dicermati pada perdagangan hari ini yaitu FR0077, FR0078, FR0068, FR0079, FR0053, dan FR0067," papar Made dalam riset harian, Selasa (29/1).

Lelang SUN hari ini menawarkan seri SPN03190430 (New Issuance), SPN12200130 (New Issuance), FR0077 (Reopening), FR0078 (Reopening), FR0068 (Reopening), dan FR0079 (Reopening).

Pada perdagangan Senin (28/1), harga SUN bergerak dengan arah beragam dengan kecenderungan mengalami penurunan.

Perubahan tingkat harga yang terjadi mencapai 30 bps, yang berdampak terhadap perubahan yield sebesar 4 bps. Kecenderungan penurunan harga didapati pada tenor 5-10 tahun dan tenor di atas 20 tahun.

Pada perdagangan Obligasi Negara untuk seri acuan, penurunan harga yang terjadi mendorong kenaikan imbal hasil sebesar 1 bps. Kenaikan yield terbesar didapati pada tenor 10 tahun yaitu sebesar 1 bps, yang didorong oleh perubahan harga sebesar 7 bps.

Untuk perdagangan Obligasi Negara seri acuan dengan tenor 5 tahun, 15 tahun, dan 20 tahun, terjadi perubahan imbal hasil sebesar 0,8 bps yang didorong oleh penurunan harga masing-masing sebesar 3 bps, 7 bps, dan 7 bps.

Imbal hasil SUN yang cenderung bergerak naik pada perdagangan kemarin terjadi di tengah minimnya katalis menjelang lelang hari ini. Terbatasnya perubahan imbal hasil juga didukung oleh volume perdagangan yang terus menurun bila dibandingkan dengan volume perdagangan sebelumnya.

Hal ini mengindikasikan bahwa pelaku pasar menahan diri untuk melakukan transaksi menjelang lelang. Selain itu, investor juga masih mencermati pergerakan nilai tukar rupiah menjelang FOMC Meeting, walaupun para pelaku pasar mengestimasi bahwa The Fed akan tetap mempertahankan suku bunga acuannya di level 2,5%.

Harga SUN dengan denominasi dolar AS juga cenderung turun di tengah yield US Treasury yang bergerak terbatas dan membaiknya persepsi risiko di tengah gejolak yang terjadi di pasar keuangan global.

Perubahan harga terjadi pada keseluruhan seri SUN berdenominasi dolar AS. Imbal hasil INDO24 naik 2,4 bps ke level 3,892%, yang didorong penurunan harga sebesar 11,30 bps.

Sementara itu, INDO29 mengalami kenaikan imbal hasil sebesar 5 bps ke level 4,292%, yang disebabkan penurunan harga sebesar 41,60 bps.

Adapun INDO44 mengalami kenaikan imbal hasil sebesar 2,21 bps ke level 5,045%, didorong oleh penurunan harga sebesar 36,7 bps. Seri INDO49 juga mengalami kenaikan imbal hasil sebesar 3,25 bps ke level 4,945%, yang disebabkan penurunan harga sebesar 53,20 bps

Volume perdagangan SUN mengalami penurunan dibandingkan dengan perdagangan sebelumnya, yakni senilai Rp9,91 triliun dari 40 seri yang dilaporkan. Volume terbesar didapati pada Obligasi Negara seri FR0070, dengan nilai Rp1,438 triliun dari 23 kali transaksi di harga rata-rata 101,475%.

Diikuti Obligasi Negara seri FR0069 dengan nilai Rp1,08 triliun dari 5 kali transaksi di harga rata-rata 100,29%.

Untuk perdagangan Project Based Sukuk, seri PBS014 mencatatkan volume perdagangan terbesar yakni Rp275 miliar dari 11 kali transaksi di harga 97,20%. Diikuti Surat Perbendaharaan Negara Syariah seri SPNS08022019, yakni senilai Rp132 miliar dari 1 kali transaksi di harga 99,86%.

Dari perdagangan surat utang korporasi, volume perdagangan yang dilaporkan lebih kecil daripada volume perdagangan sebelumnya, yakni sebesar Rp540,15 miliar dari 35 seri yang diperdagangkan.

Volume perdagangan terbesar didapati pada seri Obligasi I Tridomain Performance Materials Tahun 2018 (TDPM01) dengan nilai Rp148 miliar dari 3 kali transaksi. Diikuti Obligasi Berkelanjutan IV Adira Finance Tahap III Tahun 2018 Seri (ADMF04CCN3) senilai Rp60 miliar dari 1 kali transaksi di harga 100,72%.

Adapun rupiah ditutup menguat sebesar 21,00 pts atau 0,15% per dolar AS. Penguatan tersebut terjadi di tengah penguatan sebagian besar nilai tukar mata uang regional.

Baht Thailand (THB) dan ringgit Malaysia (MYR) merupakan mata uang yang mengalami penguatan tertinggi, masing-masing sebesar 0,36% dan 0,33%. Disusul oleh penguatan won Korea Selatan (KRW) sebesar 0,30%.

Sebaliknya, peso Filipina (PHP) mengalami pelemahan nilai tukar terhadap mata uang regional, yakni sebesar 0,06%.

Imbal hasil US Treasury bertenor 10 tahun ditutup melemah terbatas sebesar 53 bps ke level 2,74%. Namun, imbal hasil US Treasury dengan tenor 30 tahun menguat ke level 3,07%.

Kondisi pasar saham AS juga mengalami koreksi di mana indeks saham utamanya mengalami pergerakan yang terbatas. Indeks DJIA terkoreksi sebesar 84 bps ke level 24528,22 dan indeks NASDAQ turun 111 bps ke level 7085,69.

Adapun imbal hasil surat utang Inggris bertenor 10 tahun mengalami penguatan terbatas sebesar 0,8 bps sehingga berada pada level 1,277%. Sementara itu, surat utang Jerman bertenor 10 tahun mengalami koreksi sehingga berada pada level 0,206%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Annisa Margrit
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper