Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Penerbitan Obligasi : Era Suku Bunga Tinggi Tak Jadi Hambatan

Era suku bunga rendah terbukti tidak menyurutkan semangat emiten untuk menerbitkan surat utang pada awal tahun ini.
Obligasi
Obligasi

Bisnis.com, JAKARTA—Era suku bunga rendah terbukti tidak menyurutkan semangat emiten untuk menerbitkan surat utang pada awal tahun ini.

Pekan lalu, terdapat dua emiten sektor telekomunikasi yang menerbitkan obligasi dan sukuk ijarah dengan nilai kombinasi sebesar Rp4 triliun. 

Anup Kumar, Senior Fixed Income Analyst Bank Maybank Indonesia, menjelaskan selama tingkat pengembalian ekuitas (ROE) suatu perusahaan lebih besar daripada biaya modal rata-rata tertimbang (WACC), perusahaan cenderung akan terus meminjam.

“Justru yang harus lebih jeli pada saat era suku bunga naik adalah pembeli,” ujarnya kepada Bisnis, pekan lalu.

Adapun, PT Indosat Tbk. (ISAT) telah menawarkan obligasi senilai Rp1,5 triliun dan sukuk ijarah senilai Rp500 miliar dalam Program Penawaran Umum Berkelanjutan III. 

Sementara itu, PT XL Axiata Tbk. (EXCL) lewat Penawaran Umum Berkelanjutan (PUB) Tahap II/2019 juga menawarkan obligasi senilai Rp1 triliun dan sukuk ijarah senilai Rp1 triliun.

Menurut Anup, pembeli harus dapat melakukan proses analisis (credit analysis) terhadap industri emiten yang menawarkan surat utang tersebut.

Misalnya, pembeli harus mengerti dan mencermati perubahan yang terjad di industri telekomunikasi, mulai dari perubahan teknologi hingga strategi manajemen dan model bisnis milik emiten.

Selain itu, penting pula bagi pembeli untuk memperhatikan dampak dari kenaikan suku bunga terhadap bottom line pendapatan dan laba bersih emiten.

“Model bisnis perusahaan bisa berbeda-beda satu dan lain, risikonya dan untungnya juga bisa beda,” imbuhnya.

Selanjutnya, Anup menilai langkah kedua emiten telekomunikasi tersebut dengan menerbitkan surat utang pada awal tahun ini sudah cukup baik dan benar.

Pasalnya, ada beberapa BUMN (baik perbankan maupun nonperbankan) yang berencana melakukan penerbitan obligasi dengan nilai yang cukup besar dan dapat menyerap likuiditas dari pasar.

Dengan melangkah lebih awal, ISAT dan EXCL berpeluang dapat menghindari pengetatan likuiditas dan kenaikan kupon obligasi nantinya.

Selain itu,  obligasi korporasi yang diterbiktan oleh emiten dari sektor nonkeuangan seperti ISAT dan EXCL tersebut juga menjadi menarik di pasar obligasi Indonesia yang didominasi oleh sektor keuangan (sekitar 60%). 

“Secara industri, EXCL dan ISAT merupakan perusahaan di industri utilitas, yang pada hakikatnya merupakan industri yang defensif,” tutur Anup.

Di sisi lain, menurut Anup, rentang kredit (credit spread) yang ditawarkan oleh  kedua emiten telco tadi yang cukup narrow dibandingkan dengan credit spread dari PT Penilai Harga Efek Indonesia (IBPA) juga akan menguntungkan penerbit ketimbang melakukan pinjaman perbankan. 

Dalam kesempatan terpisah, Head of Fixed Income Research Mandiri Sekuritas Handy Yunianto memaparkan bahwa pasar utang tanah air memang telah lebih membaik ketimbang kuartal IV/2018.

Adapun penopangnya adalah berkurangnya ekpektasi kenaikan suku bunga AS (Federal Funds Rate/FFR) yang menahan penguatan dolar AS dan yield Treasury AS.

“Dampak positif ke Indonesia karena rupiah menjadi lebih bisa stabil dan mendorong arus modal asing masuk,” ujarnya pekan lalu.

Dia menunjukkan, indikator membaiknya pasar obligasi dapat dilihat dari total penawaran lelang yang masih sangat tinggi. Bahkan, pemerintah bakal kembali melakukan lelang penjualan surat utang negara (SUN) pekan depan dengan target Rp15 triliun—Rp30 triliun. 

Director and Head of Investment Banking PT Indo Premier Sekuritas Rayendra L. Tobing juga mengamini bahwa telah banyak kemajuan di pasar surat utang Indonesia sekarang ini.

Menurutnya, pasar obligasi kini kembali menjanjikan, sehingga emiten yang memerlukan pendanaan tak akan ragu masuk ke pasar.

“Suku bunga tinggi tidak berpengaruh untuk emiten, selama biayanya masih masuk,” ujarnya. 

Group Head Corporate Communication XL Axiata, Tri Wahyuningsih juga mengungkapkan bahwa kondisi suku bunga tinggi saat memang tidak menyurutkan niat perseroan untuk menggalang dana dari obligasi dan sukuk. 

“Tren positif [di pasar utang] ini memberikan sentimen yang baik bagi perseroan untuk menerbitkan surat utang di pasar obligasi, baik konvensional maupun syariah,” katanya baru-baru ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dwi Nicken Tari
Editor : Rustam Agus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper