Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Minyak Mentah AS Tertekan Prospek Pertumbuhan Ekonomi

Minyak mentah West Texas Intermediate untuk kontrak Maret turun 0,7% atau 0,62 poin ke level US$52,38 per barel di New York Mercantile Exchange, setelah menutup sesi hari Rabu di posisi US$52,62.
West Texas Intermediate/Reuters
West Texas Intermediate/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak mentah jatuh ke level terendah dalam hampir sepekan karena China memperingatkan "tantangan serius" terhadap ekonomi global dan penutupan pemerintah federal AS menekan prodpek pertumbuhan ekonomi.

Minyak mentah West Texas Intermediate untuk kontrak Maret turun 0,7% atau 0,62 poin ke level US$52,38 per barel di New York Mercantile Exchange, setelah menutup sesi hari Rabu di posisi US$52,62.

Sementara itu, minyak Brent untuk kontrak Maret melemah 0,59% atau 0,36 poin ke level US$61,14 per barel di ICE Futures Europe Exchange yang berbasis di London. Minyak mentah patokan global lebih tinggi US$7,70 dibanding WTI untuk bulan yang sama.

Di forum ekonomi Davos, Wakil Presiden Cina Wang Qishan mengeluhkan risiko perang dagang dan populisme sementara di Washington, penasihat Presiden Donald Trump mengatakan penutupan pemerintah federal (government shutdown) yang berlarut-larut dapat menghapus pertumbuhan pada kuartal pertama 2019.

Setelah perdagangan berjangka ditutup, American Petroleum Institute (API) melaporkan lonjakan besar dalam cadangan minyak mentah dan bahan bakar domestik, sehingga menyeret harga turun lebih lanjut.

Kepala perdagangan energi OTC di LPS Futures, Michael Hiley mengatakan meskipun OPEC, Rusia dan pemasok lainnya mengurangi produksi, kekhawatiran tentang ekonomi masih membebani harga,

"Anda masih memiliki hal-hal lama yang sama tanpa kepastian, khususnya pertanyaan tentang kesepakatan perdagangan antara AS dan China," kata Hiley, seperti dikutip Bloomberg.

Pemangkasan oleh OPEC dan sekutunya pada akhirnya akan mengarah pada pasar minyak yang seimbang pada tahun 2019, kata Kepala Eksekutif BP Plc, Bob Dudley dalam sebuah wawancara dari World Economic Forum di Davos.

Namun, Direktur Eksekutif International Energy Agency Fatih Birol mengatakan pelambatan tajam dalam ekonomi dunia yang dipimpin oleh China dapat membebani konsumsi minyak mentah.

“Permintaan minyak global masih diperkirakan naik pada kisaran 1 juta barel per hari, tetapi prospek ekonomi tetap tidak jelas, terutama di Cina,” kata Birol dalam wawancara dengan Bloomberg Television dari Davos.

Lonjakan output AS tetap menjadi tantangan lain bagi produsen luar negeri. API melaporkan bahwa persediaan minyak mentah Amerika tumbuh 6,55 juta barel pekan lalu sementara stok bensin naik 3,64 juta barel. Penghitungan resmi Departemen Energi akan dirilis pada hari Kamis.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper