Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

MNC Sekuritas: Persepsi Risiko Pasar SUN Meningkat

MNC Sekuritas memperkirakan harga Surat Utang Negara (SUN) masih berpotensi mengalami penurunan pada perdagangan Selasa (22/1/2019), di tengah meningkatnya persepsi risiko terhadap instrumen surat utang negara-negara berkembang.
Direktur Surat Utang Negara (SUN) pada Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Resiko Kemenkeu Loto S. Ginting memperlihatkan informasi tentang Savings Bond Ritel (SBR) seri SBR005 ketika peluncuran di Jakarta, Kamis (10/1/2019)./ANTARA-Wahyu Putro A
Direktur Surat Utang Negara (SUN) pada Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Resiko Kemenkeu Loto S. Ginting memperlihatkan informasi tentang Savings Bond Ritel (SBR) seri SBR005 ketika peluncuran di Jakarta, Kamis (10/1/2019)./ANTARA-Wahyu Putro A

Bisnis.com, JAKARTA -- MNC Sekuritas memperkirakan harga Surat Utang Negara (SUN) masih berpotensi mengalami penurunan pada perdagangan Selasa (22/1/2019), di tengah meningkatnya persepsi risiko terhadap instrumen surat utang negara-negara berkembang.
 
"Namun, kami melihat penurunan harga tersebut akan mulai terbatas, didukung oleh hasil positif dari lelang penjualan SUN," kata Kepala Divisi Riset Fixed Income MNC Sekuritas I Made Adi Saputra, dalam riset harian, Selasa (22/1).
 
Dia memperkirakan pergerakan harga SUN hari ini akan lebih banyak dipengaruhi oleh faktor eksternal.
 
Dengan harga SUN yang masih berpeluang naik, terutama untuk tenor di atas 7 tahun, Made menyarankan investor untuk mencermati beberapa seri SUN melakukan strategi trading untuk memanfaatkan momentum kenaikan harga tersebut.
 
Beberapa seri SUN yang perlu dicermati adalah FR0069, FR0053, FR0061, FR0070, FR0057, dan FR0065.
 
Pada perdagangan Senin (21/1), imbal hasil bergerak dengan kecenderungan naik di tengah kembali melemahnya rupiah. Yield SUN tenor pendek naik rata-rata 3 bps, didorong perubahan harga rata-rata sebesar 8,3 bps.

Untuk SUN tenor menengah, imbal hasilnya naik 1 bps dengan didorong perubahan harga 4,4 bps. Sementara itu, SUN tenor panjang, lebih dari 7 tahun, pergerakan tingkat imbal hasilnya rata-rata 2 bps yang didorong perubahan harga rata-rata hingga 19,6 bps.
 
Untuk SUN seri acuan, kenaikannya relatif terbatas hingga 1,2 bps di tengah terbatasnya perubahan harga di pasar sekunder.

Pelemahan rupiah yang mendorong pergerakan yield ini dipengaruhi oleh perlambatan pertumbuhan ekonomi China. Data makro Negeri Panda menunjukkan adanya perlambatan ekonomi, dari 6,5% menjadi 6,4%, dan tingkat pengangguran yang meningkat menjadi 4,9%.

Data tersebut membuat para pelaku pasar lebih tertarik kepada dolar AS ketimbang yuan China dan berdampak terhadap perdagangan global. 

Adapun dari domestik, Pemerintah Indonesia berencana menaikkan pajak impor untuk membantu mempersempit defisit neraca perdagangan.

Di sisi lain, untuk SUN berdenominasi dolar AS, pergerakan harganya relatif terbatas di tengah kembali turunnya persepsi risiko yang tercermin pada penurunan angka Credit Default Swap (CDS). Perubahan harga juga didorong oleh relatif stabilnya pergerakan imbal hasil US Treasury. 
 
Perubahan harga yang terbatas pada perdagangan kemarin berdampak terhadap terbatasnya perubahan tingkat imbal hasilnya. 
 
Harga INDO24 berada di level 108,338%, yang berdampak pada tingkat imbal hasil sebesar 4,012%. Untuk INDO29 dan INDO44, harganya masing-masing berada di level 103,181% dan 123,477% sehingga berdampak pada tingkat imbal hasil masing-masing sebesar 4,356% dan 5,080%.
 
Pada perdagangan kemarin, volume perdagangan Surat Utang Negara (SUN) adalah senilai Rp6,96 triliun dari 33 seri yang diperdagangka. Volume perdagangan terbesar tercatat pada seri FR0077 yaitu sebesar Rp1,29 triliun dari 31 kali transaksi, diikuti seri FR0068 dengan volume Rp1,207 triliun dari 68 kali transaksi.
 
Untuk Sukuk Negara, Project Based Sukuk seri PBS013 menduduki volume perdagangan tertinggi dengan volume Rp535,00 miliar dari 8 kali transaksi. Diikuti seri SR008 dan SR009 yang volumenya masing-masing sebesar Rp266,65 miliar dari 11 kali transaksi dan Rp58,33 miliar dari 15 kali transaksi.
 
Adapun volume perdagangan obligasi korporasi yang dilaporkan pada perdagangan kemarin senilai Rp385,03 miliar dari 28 seri yang diperdagangkan. 
 
Obligasi Subordinasi Berkelanjutan II Bank PANIN Tahap II Tahun 2017 (PNBN02SBCN2) menjadi surat utang korporasi dengan volume perdagangan terbesar, yakni senilai Rp46 miliar dari 9 kali transaksi. Diikuti Obligasi Berkelanjutan I Bank Mandiri Tahap III Tahun 2018 (BMRI01CN3) senilai Rp45 miliar dari 3 kali transaksi. 
 
Sementara itu, rupiah ditutup melemah 49,00 pts (0,35%) ke level Rp14.226,5 per dolar AS. Pelemahan tersebut terjadi di tengah melemahnya nilai tukar mata uang regional.

Mata uang peso Filipina (PHP) dan mata uang won Korea Selatan (KRW) merupakan mata uang yang mengalami koreksi terbesar, keduanya melemah sebesar 0,55% terhadap dolar AS.
 
Yuan China (CNY) dan baht Thailand (THB) mengalami pelemahan masing-masing 0,27% dan 0,25%. Adapun yen Jepang (JPY) merupakan satu-satunya yang mengalami penguatan di regional, yaitu sebesar 0,11%.
 
Imbal hasil US Treasury bertenor 10 tahun ditutup melemah terbatas di level 2,777%, sedangkan yield US Treasury dengan tenor 30 tahun menguat di level 3,098%. Hal ini seiring dengan menguatnya pasar saham AS, di mana indeks saham utamanya mengalami penguatan 138 bps di level 24706,35 (DJIA) dan indeks NASDAQ berada di level 7157,23. 
 
Adapun imbal hasil surat utang Inggris bertenor 10 tahun berada di level 1,324% dan surat utang Jerman tenor 10 tahun mengalami penurunan ke level 0,256%.
 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Annisa Margrit
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper