Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kembali Diburu, Dolar AS Bergerak Stabil

Dolar Amerika Serikat (AS) bergerak stabil terhadap sejumlah mata uang utama pada perdagangan siang ini, Senin (21/1/2019), seiring dengan terkereknya daya tarik aset berisiko.
Petugas kasir menghitung mata uang dolar Amerika Serikat di tempat penukaran uang, di Jakarta, Selasa (2/10/2018)./ANTARA-Indrianto Eko Suwarso
Petugas kasir menghitung mata uang dolar Amerika Serikat di tempat penukaran uang, di Jakarta, Selasa (2/10/2018)./ANTARA-Indrianto Eko Suwarso

Bisnis.com, JAKARTA – Dolar Amerika Serikat (AS) bergerak stabil terhadap sejumlah mata uang utama pada perdagangan siang ini, Senin (21/1/2019), seiring dengan terkereknya daya tarik aset berisiko.

Berdasarkan data Bloomberg, indeks dolar AS, yang mengukur kekuatan dolar AS terhadap sejumlah mata uang dunia turun tipis 0,05% atau 0,045 poin ke level 96,291 pada pukul 11.52 WIB.

Pergerakan indeks dolar sebelumnya dibuka dengan kenaikan tipis 0,013 poin atau 0,01% di level 96,349, setelah pada perdagangan Jumat (18/1) ditutup menguat 0,28% atau 0,271 poin di posisi 96,336.

Dilansir Reuters, harapan untuk resolusi tensi perdagangan AS-China, sikap Federal Reserve AS yang terdengar lebih dovish, serta optimisme bahwa Inggris dapat menghindari Brexit tanpa kesepakatan adalah beberapa faktor yang telah memicu kembalinya selera investor terhadap aset berisiko.

“Indeks dolar jelas berada di jalur pemulihan. Mata uang itu terjebak dalam tren penurunan pada awal Januari tetapi sekarang sedang diburu kembali terhadap mata uang sejenisnya seperti yen, euro, pound, dan dolar Australia,” kata Junichi Ishikawa, pakar strategi valas senior di IG Securities di Tokyo.

“Apakah 'sentimen aset berisiko' saat ini yang mendukung dolar AS dapat berlanjut akan bergantung pada bagaimana pendapatan kinerja keuangan perusahaan di AS terlihat nanti,” lanjutnya.

Menurutnya, Amerika Serikat dan China masih terganjal isu-isu perdagangan. Sementara itu, politik AS yang bergejolak masih tetap menjadi faktor risiko potensial utama.

Penutupan sebagian layanan pemerintah (government shutdown) yang telah dimulai sejak 22 Desember masih belum juga terlihat jauh dari usai.

Kisruh politik ini diawali ketika kubu Demokrat dalm Kongres menolak untuk memenuhi permintaan anggaran sebesar US$5,7 miliar oleh Presiden Donald Trump untuk membangun tembok di perbatasan AS-Meksiko.

Di sisi lain, friksi perdagangan AS-China tampak memberi tekanan baru pada ekonomi China. Data terkini menunjukkan ekonomi China mengalami perlambatan lebih lanjut pada kuartal terakhir tahun 2018.

Laporan Biro Statistik Nasional China (NBS) yang dirilis hari ini mengungkapkan produk domestik bruto (PDB) China naik 6,4% pada kuartal IV/2018 dari tahun sebelumnya.

Pertumbuhan tersebut menjadi laju paling lamban sejak krisis keuangan 2009, juga lebih rendah dari pertumbuhan sebesar 6,5% pada kuartal sebelumnya. Kendati demikian, pasar cenderung telah memperhitungkan hasil ini.

Posisi indeks dolar AS                                                        

21/1/2019

(Pk. 11.52 WIB)

96,291

(-0,05%)

18/1/2019

96,336

(+0,28%)

17/1/2019

 

96,065

(+0,01%)

16/1/2019

96,059

(+0,02%)

15/1/2019

 

96,039

(+0,45%)

Sumber: Bloomberg

 

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Fajar Sidik

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper