Bisnis.com, JAKARTA — Ketegangan geopolitik antara AS dan Iran diprediksi membantu menghangatkan harga minyak di tengah kekhawatiran pasar terhadap melambatnya pertumbuhan ekonomi global.
Berdasarkan data Bloomberg, pada perdagangan hari ini, Rabu (16/1/2019) pukul 16.11 WIB, harga minyak West Texas Intermediete menguat 0,67% atau naik 0,35 poin bergerak di level US$52,46 per barel. Sementara, harga minyak Brent juga naik 0,84% menjadi di level US$61,15 per barel.
China, salah satu negara ekonomi terbesar di Asia, menghadapi ketidakpastian perdagangan yang meningkat sepanjang 2018. Hal tersebut tercermin dari data perdagangan negeri panda yang melemah pada Desember 2018. Ekspor dan Impor China secara mengejutkan menyusut dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Kemudian Jepang, pesanan mesin inti negara sakura tersebut melambat tajam pada November 2018 sebagai tanda belanja modal perusahaan terkait bisa kehilangan momentumnya. Hal tersebut diakibatkan oleh panasnya perang dagang AS-China yang merembes ke perlambatan ekonomi global.
Selain itu, menambah kesengsaraan perdagangan, penutupan Pemerintahan Amerika Serikat tampaknya belum akan usai dalam waktu dekat juga menjadi sentimen negatif bagi penggerak harga minyak.
Seperti belum puas, prospek ekonomi global semakin gelap ditambah dengan anggota parlemen Inggris pada Selasa (16/1/2019) yang menolak proposal Perdana Menteri Theresa May terkait dengan Brexit.
Baca Juga
Analis Mirae Asset Sekuritas Andy Wibowo Gunawan mengatakan, ketegangan geopolitik antara AS dan Iran diprediksi akan membantu mendorong harga minyak untuk naik.
“Walaupun demikian kami tetap bertahan pada prediksi harga minyak jenis Brent pada 2019 yaitu berada pada kisaran US$70 per barel hingga US$75 per barel,” ujar Andy dikutip dari risetnya, Rabu (16/1/2019).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel