Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Investor Nantikan Data Ekonomi China, Bursa Asia Cenderung Flat

Indeks MSCI Asia Pasifik di luar Jepang cenderung flat pada level 490,97 setelah menguat ke level tertinggi sejak awal Desember pada perdagangan Jumat.
bursa asia
bursa asia

Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham Asia cenderung datar pada kisaran level tertinggi dalam 1,5 bulan terakhir pada perdagangan Senin (14/1/2019) di tengah penantian investor terhadap data perdagangan China.

Indeks MSCI Asia Pasifik di luar Jepang cenderung flat pada level 490,97 setelah menguat ke level tertinggi sejak awal Desember pada perdagangan Jumat.

Sementara itu, indeks S&P/ASX Australia naik 0,3% sementara bursa saham Selandia Baru NZX50 melemah 0,2%.

“investor mengharapkan volatilitas naik minggu ini, karena beberapa masalah utama yang telah mempengaruhi sentimen pasar mendekati penyelesaian," kata Nick Twidale, analis di Rakuten Securities, seperti dikutip Reuters.

Di sisi pendapatan, investor berfokus pada perbankan AS menjelang rilis laporan keuangan kuartalan Citigroup pada Senin, diikuti oleh JPMorgan Chase, Wells Fargo, Goldman Sachs dan Morgan Stanley di akhir pekan ini.

Ekspektasi investor diredam menyusul laba emiten di AS yang diperkirakan hanya naik 6,4%, turun dari perkiraan pada 1 Oktober 2018 sebesar 10,2% dan jauh lebih rendah besar dari kenaikan menyusul pemotongan pajak tahun 2018 yang mencapai lebih dari 20%.

Fokus investor juga tertuju pada penutupan pemerintah AS (government shutdown), yang saat ini mencapai hari ke-24. Belum ada tanda-tanda kesepakatan atau resolusi yang terlihat mengenai shutdown ini.

Lebih lanjut menekan sentimen pasar, Inggris menghadapi jalan yang sangat tidak pasti menjelang pemungutan suara di Parlemen untuk menyetujui kesepakatan perjanjian Brexit dari Uni Eropa yang dijadwalkan pada hari Selasa.

Semua faktor ini berperan pekan lalu ketika indeks utama AS ditutup melemah tipis pada perdagangan Jumat karena investor mengatur ulang posisi menjelang peristiwa-peristiwa utama.

Di antara penantian investor di atas, yang paling menyita perhatian adalah data perdagangan dari China yang dijadwalkan rilis hari ini, dengan tanda-tanda bahwa negara dengan ekonomi terbesar di Asia ini kehilangan momentum dan pemerintah berencana untuk menurunkan target pertumbuhan ekonomi untuk tahun 2019.

Perang tarif China-AS telah mengganggu arus perdagangan barang senilai ratusan miliar dolar dan mengguncang pasar global. Meskipun kedua negara telah melakukan pembicaraan selama berbulan-bulan, hanya terdapat sedikit rincian yang diberikan setiap perundingan yang berlangsung.

"Ini adalah hari yang relatif tenang dalam hal rilis data ekonomi dengan diperkirakan hanya neraca perdagangan China satu-satunya data tingkat 1 yang akan banyak mempengaruhi pasar," tambah Twidale.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper