Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Stabilkan Harga Karet, RI Bakal Ajak Thailand & Malaysia Berunding

Pemerintah Republik Indonesia akan mengajak berunding Malaysia dan Thailand, sebagai anggota International Tripartite Rubber Council (ITRC), untuk bersama-sama mengatasi persoalan rendahnya harga karet di pasar dunia saat ini yang dinilai di luar kewajaran.
Petani memanen getah karet di Banyuasin, Sumatra Selatan, Selasa (8/1/2019)./Antara-Nova Wahyudi
Petani memanen getah karet di Banyuasin, Sumatra Selatan, Selasa (8/1/2019)./Antara-Nova Wahyudi

Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah Republik Indonesia akan mengajak berunding Malaysia dan Thailand, sebagai anggota International Tripartite Rubber Council (ITRC), untuk bersama-sama mengatasi persoalan rendahnya harga karet di pasar dunia saat ini yang dinilai di luar kewajaran.

Pasalnya, menurut Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution, apabila merujuk prinsip ekonomi antara supply and demand, kondisi harga karet saat ini dinilai berada di luar kewajaran, mengingat saat ini tidak terjadi kelebihan pasokan alias oversupply

"Kita melihat bahwa karet tidak oversupply tapi kenapa harganya turun terus, pasti ada yang tidak beres. Jadi itu perlu kerja sama, paling tidak dengan Thailand dan Malaysia, kalau sendiri tidak bisa, baik pemerintahnya dan asosiasinya," tutur Darmin, Jumat (11/1/2019). 

Pihaknya berharap upaya diskusi dengan kedua negara yang juga sebagai penghasil karet terbesar di dunia itu dapat menstabilkan harga karet di pasaran sehingga tidak semakin merugikan para petani.

Darmin menduga harga karet yang berada diluar kewajaran itu terjadi lantaran ada campur tangan permainan para spekulan, yang turut mempengaruhi masuknya informas ke bursa komoditas yang selama ini jadi patokan harga karet di Tanah Air. 

"Spekulan banyak yang memainkan informasi, kita sudah melihat persediaan stok untuk dua bulan, tidak semestinya menjatuhkan harga sejauh itu," katanya. 

Darmin menerangkan bahwa penentuan harga karet di Tanah Air saat ini merujuk pada bursa komoditas di Singapura yakni SICOM (Singapore Commodity Exchange) dan juga di bursa China, yakni Shanghai Futures Exchange (SHFE). 

Pihaknya memperkirakan, dua bursa yang menjadi acuan penjualan karet tersebut mendapatkan informasi yang kurang tepat terkait produksi, utamanya terkait karet China dengan Indonesia. 

Adapun berdasarkan data Bloomberg, pada perdagangan Jumat (11/1/2019) pukul 14.11 WIB, harga karet di bursa berjangka Shanghai (SHFE) terkoreksi 35 poin atau menurun 0,30% menjadi 11.640 yuan per kilogram.

Menko Darmin mengakui bahwa upaya diskusi dengan sejumlah negara tetangga penghasil karet itu merupakan salah satu strategi yang memang sedang ditempuh pemerintah untuk mendongkrak harga karet selain mendorong permintaan dari dalam negeri. 

Pemerintah saat ini mendorong peningkatan permintaan karet dalam negeri melalui peningkatan penggunaan  pada pembangunan proyek-proyek infrastruktur seperti sebagai bahan campuran untuk aspal jalan raya.

Selain itu, lanjut Darmin, peningkatan permintaan karet dalam negeri juga didorong melalui penggunaan pada sejumlah proyek transportasi, seperti untuk bantalan rel kereta api, maupun protekstif transportasi lainnya seperti di pelabuhan dan sebagainya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Fajar Sidik

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper