Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dolar AS Terbebani Minat Atas Aset Berisiko, Rupiah Ditutup Rebound

Berdasarkan data Bloomberg, nilai tukar rupiah di pasar spot ditutup menguat 23 poin atau 0,16% di level Rp14.125 per dolar AS setelah berfluktuasi pada kisaran Rp14.094 – Rp14.178 per dolar AS.
Petugas menghitung mata uang rupiah dan dolar AS di salah satu tempat penukaran uang di Jakarta, Selasa (9/10/2018)./ANTARA-Akbar Nugroho Gumay
Petugas menghitung mata uang rupiah dan dolar AS di salah satu tempat penukaran uang di Jakarta, Selasa (9/10/2018)./ANTARA-Akbar Nugroho Gumay

Bisnis.com, JAKARTA – Nilai tukar rupiah mampu kembali ke zona hijau setelah berfluktuasi pada perdagangan hari ini, Rabu (9/1/2019).

Berdasarkan data Bloomberg, nilai tukar rupiah di pasar spot ditutup menguat 23 poin atau 0,16% di level Rp14.125 per dolar AS setelah berfluktuasi pada kisaran Rp14.094 – Rp14.178 per dolar AS.

Rupiah rebound dengan dibuka terapresiasi 44 poin atau 0,31% di level Rp14.104 per dolar AS, Rabu pagi, setelah ditutup terdepresiasi 65 poin atau 0,46% di posisi Rp14.148 per dolar AS pada perdagangan Selasa (8/1).

Rupiah menguat sejalan dengan mayoritas mata uang lain di Asia yang juga terapresiasi, dipimpin yuan China yang naik 0,33% dan peso Filipina yang menguat 0,18%.

Sementara itu, indeks dolar AS, yang mengukur kekuatan greenback terhadap sejumlah mata uang utama terpantau melemah 0,034 poin atau 0,04% ke level 95,869 pada pukul 17.38 WIB.

Indeks dolar kembali bergerak di zona merah dengan dibuka turun 0,095 poin atau 0,10% di level 95,808 pagi tadi. Pada perdagangan Selasa (8/1) mampu rebound dan berakhir menguat 0,25% atau 0,237 poin di posisi 95,903.

Dilansir Reuters, doalr AS melemah karena minat terhadap aset berisiko meningkat setelah perundingan perdagangan antara China dan Amerika Serikat di Beijing berakhir pada Rabu dan para pejabat mengatakan perincian akan segera dirilis.

Pembicaraan tersebut diperpanjang menjadi tiga hari dari jadwal sebelumnya yang hanya berlangsung 7 hingga 9 Januari 2019.

“Perlambatan besar dalam pertumbuhan Tiongkok dan pasar ekuitas AS yang mengikuti kelemahan pasar ekuitas di wilayah lain memberikan sedikit dorongan untuk perjanjian yang dinegosiasikan berlangsung dalam beberapa bulan ke depan,” kata Jason Wong, pakar strategi pasar senior di BNZ Markets di Wellington.

Penguatan dalam aset berisiko telah berakselerasi sejak Jumat pekan lalu (4/1), ketika Gubernur Federal Reserve Jerome Powell mengatakan menyadari risiko yang dihadapi ekonomi serta akan bersabar dan fleksibel dalam mengambil keputusan kebijakan tahun ini.

“Pasar mengurangi sebagian keresahan ekstrem mereka setelah Powell secara efektif melakukan pelonggaran, dengan kata-katanya,” kata Norihiro Fujito, kepala strategi investasi di Mitsubishi UFJ Morgan Stanley Securities.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Saeno
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper